SEMARANG, smpantura – Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, memimpin rapat koordinasi bersama BNPB, Polda Jateng, Kodam, BBWS, dan BPBD dan mengundang kepala daerah 35 kabupaten/kota untuk memetakan wilayah berisiko tinggi bencana di Jawa Tengah.
“Hari ini kita melakukan mapping daerah-daerah high-risk rawan longsor, rawan banjir, gunung berapi, dan sebagainya. Kita bahas item per item,” kata Luthfi di Semarang, Selasa 18 November 2025.
Ia menegaskan, kepala daerah tidak boleh menunggu bencana datang. “Sekembalinya dari rapat ini, kepala daerah sebagai pengendali wilayah sudah bisa menyiapkan upaya pencegahan,” ujarnya.
Menurut Luthfi, pencegahan dimulai dari tingkat desa. Jawa Tengah menyiapkan lebih dari delapan ribu Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk memperkuat mitigasi.
“Minimal bupati dan wali kota sudah punya mapping untuk memberikan peringatan dini, pencegahan pada masyarakat,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya kesiapan jalur evakuasi, lokasi pengungsian, hingga tata cara penanganan cepat di masing-masing daerah. “Syukur-syukur sudah ada antisipasi: kemana, dimana, dengan cara apa,” kata Luthfi.
Gubernur juga meminta seluruh wilayah mewaspadai puncak hujan Desember–Februari. Kejadian bencana di Banjarnegara dan Cilacap disebutnya menjadi pengingat penting. “Semua harus siaga. Jangan sampai kejadian itu terulang kembali,” ucapnya.
Luthfi menyebut beberapa daerah seperti Temanggung, Purworejo, Brebes, Batang, dan Rembang sudah memiliki roadmap kesiapsiagaan. Sementara itu, pemerintah provinsi memastikan Belanja Tidak Terduga (BTT) siap digunakan jika bencana terjadi.
“Tapi harapan kita, tentu jangan ada bencana sehingga BTT tidak terpakai,” ungkapnya. (**)


