Kemunduran Kerajaan Galuh Purba
Pamor Kerajaan Galuh Purba mulai meredup seiring dengan kebangkitan Dinasti Syailendra di Pulau Jawa. Prasasti Bogor mencatat bahwa pada masa itu, eksistensi Kerajaan Galuh Purba mulai tergeser oleh munculnya kerajaan-kerajaan baru di berbagai pelosok Jawa. Meskipun mengalami kemunduran, banyak kerajaan dan kadipaten di Jawa yang masih mengidentifikasi diri dengan nama “Galuh”, menunjukkan pengaruh mendalam dari kerajaan ini.
Beberapa kerajaan yang menggunakan nama Galuh antara lain Kerajaan Galuh Rahyang di Brebes, Galuh Kalangon di Brebes, Galuh Lalean di Cilacap, Galuh Tanduran di Pananjung, dan Galuh Kumara di Tegal. Kerajaan-kerajaan ini memiliki wilayah kekuasaan dan ibu kota yang berbeda, namun semuanya mengacu pada akar sejarah yang sama, yakni Kerajaan Galuh Purba. Ada pula Galuh Pataka di Nanggalacah, Galuh Nagara Tengah di Cineam, Galuh Imbanagara di Barunay, dan Galuh Kalingga di Bojong.
Transformasi Menjadi Galuh Kawali
Pada abad ke-6, Kerajaan Galuh Purba memindahkan pusat pemerintahannya ke Kawali, dekat Garut, dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali. Pada masa yang sama, muncul kerajaan-kerajaan besar lainnya di Jawa, seperti Kerajaan Kalingga di timur dan Kerajaan Tarumanegara di barat. Persaingan antara kerajaan-kerajaan ini semakin memperlemah posisi Galuh Purba.
Namun, saat Purnawarman, Raja Tarumanegara, turun tahta dan digantikan oleh Raja Candrawarman, Kerajaan Galuh Kawali mengalami kebangkitan kembali. Pada masa pemerintahan Raja Tarusbawa Wretikandayun, Raja Galuh Kawali menyatakan kemerdekaannya dari Tarumanegara, dan dengan dukungan dari Kerajaan Kalingga, kerajaan ini kembali mengubah namanya menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh inilah yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pajajaran, yang terkenal dalam sejarah Sunda.


