Budaya  

Gunung Slamet Jadi Saksi Bisu Sejarah Peradaban Kerajaan Purba

Dinasti Sanjaya dan Pengaruh Kerajaan Galuh Purba

Salah satu dampak penting dari Kerajaan Galuh Purba adalah munculnya Dinasti Sanjaya, hasil dari perkawinan antara bangsawan dari Kerajaan Galuh, Kalingga, dan Tarumanegara. Dinasti ini kelak melahirkan raja-raja besar di Tanah Jawa, memperkuat argumen bahwa Galuh Purba adalah induk dari banyak kerajaan di Nusantara.

E.M. Uhlenbeck dalam bukunya “A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura” (1964) juga menguatkan teori ini dengan kajian linguistiknya. Uhlenbeck menyebutkan bahwa bahasa Banyumasan, yang dituturkan di wilayah sekitar Gunung Slamet, memiliki usia lebih tua dibandingkan sub-bahasa Jawa lainnya. Bahasa ini diyakini sebagai bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kerajaan Galuh Purba, menandakan bahwa peradaban Galuh Purba sudah mapan sebelum kerajaan-kerajaan besar lainnya muncul di Jawa.

BACA JUGA :  Mitos Ari Ari Bayi Sebagai Sedulur Papat Lima Pancer

Galuh Purba dalam Sejarah dan Legenda

Jejak kejayaan Kerajaan Galuh Purba masih dapat ditemukan di berbagai wilayah di sekitar Gunung Slamet, terutama melalui toponimi dan situs-situs sejarah yang berkaitan dengan kerajaan tersebut. Misalnya, Sungai Ideng yang berarti “hitam” dalam Bahasa Sunda, Sungai Kahuripan yang berarti “hidup”, serta legenda-legenda tentang tokoh-tokoh dari Kerajaan Pajajaran yang menyepi ke wilayah Panginyongan di sekitar Gunung Slamet.

Salah satu tokoh terkenal adalah Syekh Jambu Karang, pendiri Perdikan Cahyana dan leluhur Wong Purbalingga, yang dikenal sebagai Pangeran Raden Mundingwangi dari Kerajaan Pajajaran. Petilasannya di Gunung Ardi Lawet, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, hingga kini masih dianggap sebagai tempat keramat.

error: