Batang  

Hadapi Industrialisasi, Kebudayaan Lokal Jangan Sampai Hilang

BATANG, smpantura – Salah satu tantangan besar Kabupaten Batang saat ini adalah bersiap menghadapi era industrialisasi, sekaligus juga tetap bisa melestarikan kebudayaan lokal yang ada. Keberadaan kawasan industri juga diharapkan diikuti kesadaran  membangkitkan kebesaran masa lalu Batang sebagai daerah dengan peradaban besar untuk kembali dihadirkan di masa kini.

Hal tersebut mengemuka dalam diskusi publik bertema ” Kebudayaan Lokal di Arus Industrialisasi Kabupaten Batang” yang digelar oleh Lesbumi PCNU Kabupaten Batang di Aula Pendopo Kabupaten Batang, Senin (2/9).

Pemerhati sejarah dan budaya Batang Sodikin Rusydi mengatakan, era industrialisasi yang ditandai dengan kehadiran Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) akan memberikan banyak dampak luar biasa bagi perkembangan daerah. Termasuk menimbulkan gegar budaya (cultural shock) karena akan berimplikasi pada sisi ekonomi, pertanian, politik, sosial budaya, kesusilaan, keamanan dan ketertiban sampai keagamaan.

” Kabupaten Batang sedang berada pada masa transisi dari agraris ke industri. Belum lagi transisi era digital. Karena itu harus dipikirkan betul agar industrialisasi yang terjadi jangan sampai menghilangkan jati diri, serta jangan sampai juga menghilangkan kebudayaan lokal di Batang,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, berdasarkan sejarah, Batang di masa lalu merupakan peradaban besar. Itu ditandai dengan memiliki kisah  masa lalu yang hebat sejak era Mataram kuno, memiliki banyak prasasti dan situs-situs peninggalan kuno. Sebagai peradaban besar, Batang di masa lalu sudah menjadi daerah yang penting dan diperhitungkan. Selain itu juga  memiliki kisah tentang Ratu Shima, Dapunta Syaelendra, Patih Wonosalam, Ratu Batang. Sejarah Batang terentang tercatat dari era Kerajaan Kalingga, Kerajaan Medang, Majapahit, Demak dan Pajang, Mataram Islam sampai perjuangan kemerdekaan melawan kolonialisme.

” Sejarah Batang di masa lalu adalah sejarah bangsa yang tangguh dan trah pejuang. Misalnya kita mengenal kisah Perang Brubuh, Perang Batavia, pasukan Pangeran Diponegoro, kyai Ripangi (KH Ahmad Rifai Kalisalak) sampai kisah pejuang kemerdekaan. Selain itu warganya dikenal memiliki kreatifitas tinggi ditandai dari sejarah terciptanya batik, pembuatan galangan kapal sampai kisah pembukaan lahan pertanian,” ujarnya.

Dengan kondisi masa lalu yang merupakan peradaban besar dan juga penuh kisah-kisah perjuangan, ini diharapkan bisa memotivasi warga Batang untuk memiliki jati diri yang kuat dan bangga dengan daerah serta sejarahnya. Dan jangan sampai sejarah atau jati diri ini hilang oleh zaman, termasuk dengan industrialisasi yang akan hadir di Kabupaten Batang.

BACA JUGA :  Mentan Launching Batang Pusat Nursery Perkebunan Kelapa

Kepala Bapelitbang Kabupaten Batang Ari Yudianto mengatakan, di Kabupaten Batang saat ini ada dua kawasan industri. Pertama, Batang Industrial Park (BIP). BIP merupakan kawasan industri yang diinisiasi oleh Swasta luas 287 Ha dengan model sistem pembelian lahan. Kedua, adalah Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN)

Proyeksi penyerapan tenaga kerja  KITB sekitar 250.000 orang.

” Total luas lahan KITB seluas 4.300 hektare dengan kluster I fase 1 (450 hektare) sudah selesai terbangun dan full tenant.  Kluster 1 Fase 1 (450 Ha) Sudah selesai terbangun dan full tenant. Sekarang masih dalam progress Kluster 1 Fase 2 dan 3,” tuturnya.

Ketua PBNU Bidang Media, IT & Advokasi Savic Ali mengatakan, keberadaan kawasan industri memang menciptakan peluang dan potensi ekonomi yang besar. Namun jika tidak siap, akan ada kekhawatiran soal identitas atau jati diri Batang dengan masyarakatnya. Pasalnya, akan terjadi perubahan dari daerah agraris menjadi penopang industrialsiasi.

” Ada dampak-dampak yang harus diantisipasi. Diantaranya masyarakat bisa mengalami kegagapan dalam  cara berpikir, cara bertindak, cara bekerja dan cara hidup. Pengalaman di daerah lain itu sudah terjadi. Padahal industri sejatinya adalah untuk memudahkan manusia, tapi sekarang justru manusia harus menyesuaikan dengan mesin,” ujarnya.

Ketua Lesbumi PCNU Batang, Yuhan mengatakan,  pembangunan industri di Kabupaten Batang akan mempengaruhi berbagai sektor. Mulai dari aspek ekonomi dan juga sosial budaya. Karena itu, Lesbumi  dan pelaku seni yang ada di Kabupaten Batang merasa perlu untuk mendiskusikan hal ini guna menyikapi dari segi kesenian atau kebudayaan.

” Perlu ada desain bagaimana industri ini bisa berkembang berbarengan dengan kebudayaan lokal yang sudah ada dari diri. Dengan begitu, budaya tradisional lokal yang sudah ada tidak tergerus, namun bisa tetap terjaga,” ujarnya.

error: