SLAWI, smpantura – Hama tanaman padi yang menjadi musuh petani, keong sawah (pila ampullacea) ternyata bisa diolah menjadi makanan lezat. Sejenis siput air yang banyak dijumpai di perairan tawar, seperti sawah, aliran parit, serta danau ini, juga memiliki kandungan gizi tinggi.
Bagi para muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa Ramadhan, mungkin tengah mencari menu yang pas buat berbuka puasa. Berbagai menu telah dicoba, tapi ini ada menu klasik yang mungkin bisa menjadi alternatif makanan untuk berbuka puasa.
Keong sawah yang memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam ini, sebagian masyarakat atau petani menyebutnya Tutut. Keong Sawah merupakan merupakan salah satu hama tanaman padi di sawah, dan menjadi musuh bagi para petani.
Dari sisi lain, hewan bercangkang ini bila diolah dan direbus dengan baik akan menjadi makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi.
Seperti yang dikatakan Nova (30) asal Kabupaten Pemalang. Ia sangat menyukai makanan tutut, dan suka mengajak keluarganya untuk menikmati masakan tutut.
“Saya suka sekali makan tutut, karena selain segar, kenyal dan nikmat, juga ada gizinya apalagi kalau pedas, bumbunya enak sekali pokoknya”, ungkapnya.
Dikatakannya, selain memiliki manfaat bagi kesehatan, menu masakan tutut juga menjadi makanan pelepas rindu di masa kecil dulu. Masakan tutut ini merupakan menu nostalgia, para orangtua biasanya mengajak anak cucunya untuk mencari dan menikmati masakan tutut.
“Masih ada di pasar-pasar tradisional yang menjual keong sawah. Harganya berkisar antara Rp 15 ribu dan Rp 20 ribu perkilogram, tergantung besar kecilnya keong,” terangnya.
Dijelaskan, memasak keong sawah tidaklah sulit. Tutut biasanya dari penjual sudah dipecahkan buntutnya agar daging yang didalam cangkang cepat matang dan bumbu juga meresap. Sebelum dimasak, keong direndam terlebih dahulu dengan air bersih sekitar 1-2 jam. Setelah direndam, cuci bersih keong sawah agar lumpurnya hilang.
“Setelah itu, rebus dengan air selama 15 menit. Tujuannya agar lendir yang ada di Tutut hilang,” kata Nova.
Setelah direbus selama 15 menit, lanjut dia, air rebusan dibuang diganti dengan air yang bersih. Diupayakan, air melebihi jumlah keong yang akan direbus. Setelah itu, masukan bumbu-bumbu untuk memberikan rasa lezah dan gurih. Bumbu yang digunakan, yakni bawang merah, bawang putih, lombok merah (kalo mau pedes bisa tambahkan rawit sesuai selera), kunyit, jahe, dan lengkuas. Bumbu-bumbu tersebut diiris-iris agar kandungannya keluar dan meresap ke daging keong.
“Tambahkan juga sereh, daun salam, dan daun jeruk. Untuk bumbu tabur, yakni garam, gula pasir dan penyedap rasa,” bebernya.
Menurut Nova, setelah semua bumbu masuk dibiarkan hingga air mendidih. Setelah air mendidih, masukan parutan kepala secukupnya. Keong dan bumbu-bumbu tersebut direbus selama 30-40 menit. Setelah itu, keong diangkat dan didinginkan. Masakan lezat ini bisa dimakan dengan cara mencukil daging keong dengan tusuk sate atau bahan lainnya yang aman untuk mengambil daging keong.
“Bisa juga dimakan dengan nasi atau dimakan terpisah untuk cemilan berbuka puasa,” ujarnya.
Menurut Positive Deviance Resource Centre, keong sawah mempunyai kandungan protein 12 persen, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor. Selain itu, tutut juga mempunyai kandungan vitamin A, E, niacinniacin dan folat, karenanya bisa dijadikan makanan alternatif pengganti protein hewani, selain nikmat harganya juga murah. **