Rohisah mengaku, usaha membuat apem ini sudah digeluti secara turun temurun. Bahkan, dirinya merupakan generasi ketiga keluarga besarnya yang ikut menggeluti pembuat apem di Bantul. “Keluarga saya ini sudah sejak 20 tahun lalu menggeluti usaha ini, dan sekarang saya lanjutkan,” terangnya.
Dia mengungkapkan, untuk membuat apem, dalam sehari bisa menghabiskan 4 beruk atau setara 4 kg beras, dan 8 kg gula jawa. Namun saat bulan Ramadhan, permintaan Apem buatannya meningkat, sehingga produksinya ditambah. Bahkan, bisa menghabiskan 10 beruk beras atau setara 10 kg beras dengan gula jawa 20 kg. Untuk prosesnya, kali pertama beras direndam selama dua malam. Setelah itu, beras dicuci bersih dan dihaluskan dengan penggiling. Sedangkan untuk bahan gula jawa dicairkan. Kemudian, beras dan gula jawa cair dicampur hingga membentuk adonan. “Nah, adonan yang sudah siap ini selanjutnya dimasukan dalam cetakan yang sudah diberi daun pisang. Proses selanjutnya, dikusus selama 30 menit dengan api yang tidak terlalu besar,” ungkapnya.
Lebih lanjut Rohisah menuturkan, dari bahan baku beras sebanyak 4 kg itu, dirinya bisa mendapatkan 480 buah apem siap dipasarkan. Harga satu apem dijual Rp 1.000. “Kendala yang kami hadapi, harga bahan baku sekarang semuanya naik. Tapi, kami tetap harus menjual 1 Apem Rp 1.000 per bijinya,” pungkas dia. (**)