Inovatif! Desa Tersono Jadi Role Model Kelola Sampah Mandiri di Jawa Tengah

Ahmad Luthfi meminta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jateng untuk menjadikan Tersono sebagai model percontohan, serta mendorong desa dan kecamatan lain belajar langsung ke sini.

“Indonesia pada 2029 ditargetkan bebas TPA open dumping. Jateng juga harus bergerak cepat. Kabupaten kecil seperti Batang bisa berkolaborasi dengan Pekalongan untuk membangun sistem pengelolaan regional,” ujar Gubernur.

Menurut Ahmad Luthfi, TPSTT “Bumi Hijau” bukan hanya menjaga kebersihan, tapi juga membuka peluang ekonomi. Apa yang dilakukan warga Tersono ini selaras dengan program prioritas yang diusungnya dan Taj Yasin, di antaranya melahirkan ekosistem ekonomi syariah, maju dan berdaya.

“UMKM di sekitar sini ikut tumbuh. Ini bukti bahwa program lingkungan bisa memberi efek ekonomi nyata. Semoga ke depan Batang makin maju, bersih, dan profesional dalam pengelolaan lingkungan,” tutupnya.

BACA JUGA :  BUMD Pemprov Jateng Beli 30 Ribu Ton Garam Petambak Demi Swasembada

Sebagai informasi, TPSTT Bumi Hijau berdiri di atas lahan seluas 7.000 meter persegi dan melayani tujuh desa di Kecamatan Tersono, serta tiga pasar utama yakni Pasar Tersono, Limpung, dan Bawang.

Sampah organik diolah menjadi pakan maggot dan pupuk kompos dalam waktu 12–15 hari, sedangkan sampah plastik dihancurkan menggunakan incinerator mini berbasis teknologi hidrogen yang hemat bahan bakar.

Kabupaten Batang sendiri menghasilkan sekitar 472 ton sampah per hari atau 172 ribu ton per tahun, namun baru 21,89 persen yang tertangani dengan baik. Banyak TPA di wilayah ini masih menggunakan sistem open dumping, sehingga proyek TPSTT diharapkan menjadi solusi pengelolaan berkelanjutan. (**)

error: