Spesies ketiga adalah Elephas hysudrindicus, yang hidup lebih belakangan, sekitar 800.000 tahun lalu. Gajah purba ini memiliki bentuk tubuh dan ukuran yang lebih menyerupai gajah modern yang kita kenal saat ini.
Ciri khasnya adalah gading lurus dan gigi bertipe hypsodont, yang cocok untuk mengunyah makanan yang lebih keras seperti rumput kering dan biji-bijian.
Diperkirakan, Elephas hysudrindicus merupakan salah satu nenek moyang dari gajah Asia modern, termasuk spesies gajah yang kini hidup di Indonesia, seperti gajah Sumatera.
Penemuan fosil-fosil ketiga spesies gajah purba ini menegaskan bahwa Bumiayu menyimpan kekayaan geologis dan sejarah prasejarah yang luar biasa. Wilayah ini bukan hanya menyimpan rekam jejak fauna purba, tapi juga memiliki potensi sebagai situs edukatif dan wisata sejarah.
Sebagian besar fosil kini telah diamankan dan dipamerkan di Museum Purbakala Bumiayu, di Perum Bumi Sari Ayu Kalierang Bumiayu, yang menjadi pusat informasi dan pelestarian sejarah prasejarah di Kabupaten Brebes.
Keberadaan museum ini sekaligus menjadi jendela bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam tentang jejak kehidupan jutaan tahun lalu yang pernah ada di tanah mereka sendiri.(**)