Pada tanggal 10 Oktober 1947, Pasukan Sub Sektor S meninggalkan markasnya di Desa Tunon. Tengah malam mereka bergerak dengan sasaran mengadakan penyerangan terhadap markas pertahanan Belanda di Gili Tugel (saat ini Hotel Alexander, Jalan Jenderal Sudirman).
Dengan sangat berhati-hati, pasukan ini berhasil melewati beberapa pas-pos polisi Belanda dan berhasil masuk Desa Randugunting.
Mereka bermaksud menyerang markas militer Belanda itu dari belakang. Tetapi dari penyelidikan, markas tentara kolonial itu dalam keadaan kosong.
Penyerangan itupun akhirnya dibatalkan dan seluruh pasukan diperintahkan kembali ke kedudukan semula di Desa Tunon.
Tanpa diduga, malam itu juga ternyata militer Belanda bermaksud menyerang kedudukan laskar di Desa Tunon.
Saat para laskar akan melintasi wilayah Dukuh Sampak, mereka bertemu dengan militer Belanda yang sedang steling di sepanjang jalan kereta api dan menutup atau mengepung Desa Tunon.
Tentara Belanda dikerahkan secara besar-besaran, terbukti ada beberapa kendaraan tempur berlapis baja atau tank yang disiagakan di jalan raya utama.
Menjelang fajar, pasukan Belanda menyusup masuk Desa Tunon dan menumpahkan tembakan-tembakan gencar. Kapten Sudibyo yang waktu itu berada di markas beserta beberapa anak buahnya menjadi terkurung.
Dalam kondisi terhimpit, Kapten Sudibyo dengan wakilnya PLTD Suyono serta beberapa anak buahnya tidak mungkin meloloskan diri. Satu-satunya jalan adalah melakukan perlawanan, sekalipun kekuatan sangat tidak berimbang.
Begitupun senjata para anak buah, hampir semuanya digunakan untuk mengadakan rencana penyerbuan markas Belanda yang gagal malam itu juga.
Dengan keberanian yang luar biasa, Kapten Sudibyo mengadakan perlawanan dengan pistol. Subuh itu masyarakat Tunon panik.
Begitu bangun mereka banyak yang lari terbirit-birit mencari tempat persembunyian. Ada yang masuk kolong tidur, lari ke kuburan bahkan ada yang naik pohon kelapa.
Sekitar pukul 06.00 WIB, Kapten Sudibyo berhasil lolos dari Desa Tunon, namun di tengah sawah dia tertangkap tangan militer Belanda yang bertahan secara berlapis-lapis.
Pertempuranpun kembali berkobar, Kapten Sudibyo dan dua anak buahnya yang hanya bersenjatakan pistol tewas.
Siang harinya, jenazah Kapten Sudibyo dimakamkan di Desa Kalinyamat, Sumurpanggang. Sedangkan PLTD Suyono yang menderita luka-luka cukup berat berhasil diselundupkan ke RSU Kardinah untuk mendapatkan pertolongan. (**)