KARANGANYAR, smpantura – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dianugerahi gelar Bapak Inisiator Aglomerasi oleh tujuh Kadin se-Soloraya. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilannya menyukseskan Soloraya Great Sale (SGS) 2025, yang mencatatkan transaksi sebesar Rp 10,7 triliun dalam waktu satu bulan.
Ketua Kadin Surakarta sekaligus Ketua Pelaksana, Ferry S Indiarto, mengatakan, di tengah dinamika daerah yang sering bejalan sendiri-sendiri, Gubernur Ahmad Luthfi mendorong dan menyemangati untuk kerja bersama, dan menyamakan langkah untuk satu tujuan, yakni pengembangan perekonomian di wilayah.
“Tidak berlebihan kalau kami menyebut Gubernur Jawa Tengah sebagai Bapak Inisiator Aglomerasi. Kami Kadin siap di belakang Bapak saja, sebagai motor untuk menggerakkan stakeholder dunia usaha di sekitar kita,” katanya saat Closing Ceremony SGS 2025 di De Tjolomadoe, Kabupaten Karanganyar, Minggu malam, 3 Agustus 2025.
Ferry menjelaskan, SGS 2025 merupakan salah satu contoh laboratorium untuk pengembangan aglomerasi perekonomian. Dari sebelumnya Solo Great Sale, Gubernur Ahmad Luthfi mengarahkan agar dikembangkan menjadi Soloraya Great Sale yang mencakup tujuh kabupaten/kota di eks karesidenan Surakarta. Sebagaimana program prioritas Gubernur Jawa Tengah, yaitu membangun kerja sama lintas daerah atau aglomerasi.
“SGS 2025 mengangkat tiga sektor yaitu Trade, Tourism, dan Invesment. Ketika event itu dilaksanakan secara aglomerasi, ternyata menjadikan cara kerja baru dan perspektif baru, serta menciptakan skala perekonomian yang lebih besar. Ini sesuai dengan arahan dan program prioritas Gubernur Jawa Tengah,” jelas Ferry.
Dijelaskan, capaian SGS 2025 meliputi lebih dari 27 ribu tenant ikut serta dan menjangkau lebih dari 182 ribu pelanggan. Frekuensi transaksi selama periode 1-31 Juli tercatat 5,4 juta, dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,7 triliun. Jumlah transaksi UMKM sekitar 232 ribu dengan nilai total Rp 222 miliar. Adapun transaksi di pasar tradisional sekitar 281 ribu dengan nilai total Rp 350 miliar. Selain itu juga terdapat transaksi menggunakan QRIS senilai total sekitar Rp 3,7 triliun.
Dikatakan, tantangan ke depan, termasuk bonus demografi, tidak bisa dihadapi secara parsial atau sendiri-sendiri. Menurut Ferry, perlu menciptakan kerja sama dan kolaborasi secara utuh maka dari itu kita butuh platform yang kuat dan butuh aglomerasi. Ini harus ditopang oleh sistem dan kelembagaan serta wadah strategis agar bisa berjalan lama.
“Kami meyakini aglomerasi yang sistematis adalah instrumen pemerintah untuk memastikan dan mengoptimalkan potensi wilayah eks karesidenan secara utuh tanpa ada daerah tertinggal,” paparnya.
Wali Kota Surakarta, Respati Achmad Ardianto, menganggap, julukan Bapak Inisiator Aglomerasi itu dinilai tepat. Di mana Gubernur mampu mengkondisikan para kepala daerah. “Ini juga sudah dibuat kelompok-kelompok kerja, salah satunya di Soloraya,” katanya.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Anindya Bakrie, mengatakan, pola yang dilakukan Provinsi Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Ahmad Luthfi, khususnya yang sudah dilakukan di Soloraya, akan menjadi contoh dan studi kasus bagi daerah lain. Bagaimana suatu provinsi, mulai dari kota bisa melebar dan menciptakan perekonomian wilayah.
“Kadin melihat suatu provinsi atau daerah, itu paling penting adalah kepemimpinan dari pada leadernya. Saya lihat kepemimpinan Pak Gubernur sangat luar biasa, dan sangat beruntung bagi Kadin (Jateng),” katanya.
Gubernur Ahmad Luthfi mengatakan, aglomerasi merupakan langkah untuk menghilangkan ego sektoral atau one man show karena membangun daerah, khususnya Jawa Tengah, itu perlu nafas kebersamaan. Tidak bisa satu daerah berjalan sendiri, perlu adanya konektivitas dengan daerah di sekelilingnya. Nafas itu ia terjemahkan dalam collaborative government yang di dalamnya terdapat banyak elemen masyarakat termasuk penggerak perekonomian seperti Kadin dan pelaku usaha.
“Dalam menumbuhkembangkan ekonomi baru tidak bisa sendiri, maka 7 kabupaten/kota di Soloraya kita jadikan satu dalam Soloraya Great Sale 2025. Ini akan jadi role model dan akan kami geser sacara terus-menerus ke Pati Raya, Pekalongan Raya, Semarang Raya, dan eks karesidenan lain di Jawa Tengah,” katanya.
Replikasi SGS 2025 di lima eks karesidenan lain se-Jawa Tengah tersebut, secara tidak langsung perputaran ekonomi bisa merata. Gerakan aglomerasi ekonomi ini juga menjadi wacana Jawa Tengah sentral ekonomi baru. Di mana secara strategis geografis Jawa Tengah adalah pakunya Nusantara.
“Kami berkomitmen dengan seluruh kabupaten/kota se-Jawa Tengah harus punya daya dobrak danau bersaing dengan cara melakukan investasi dari dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Luthfi. (**)