BATANG, smpantura – Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang selama ini disambut baik karena akan berdampak pada kemajuan ekonomi. Namun demikian, keberadaan KEK diminta jangan sampai berdampak negatif terhadap lingkungan.
”Kami minta KEK minta harus konsisten dalam pemeliharaan lingkungan. Jangan sampai KEK hanya dilihat dari sisi ekonomi saja, tapi juga harus bisa menjaga ekologi, peradaban dan manusianya,” ujar Ketua DPRD Batang Su’udi, Rabu (6/8).
Dia mengatakan, kehadiran KEK akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan industri di Batang. Selain itu juga bisa menyerap banyak tenaga kerja dan mengurangi angka kemiskinan. Namun, di sisi lain, pembangunan KEK diminta jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, apalagi merusaknya.
Dampak ekologi dari kehadiran KEK, lanjut politisi PKB ini, harus benar-benar diantisipasi. Seperti jangan sampai menimbulkan pencemaran air, tanah, udara, erosi, dan banjir. Limbah-limbah industri juga diminta benar-benar tertangani agar tidak berdampak pada lingkungan sekitar. Selain itu, KEK juga diharapkan tidak menyumbang pemanasan suhu udara akibat emisi karbon yang dihasilkan berbagai perusahaan yang ada disitu.
”Kami minta penyediaan lahan hijau di KEK menjadi prioritas. Dengan demikian kondisi lingkungan masih baik dan tidak menjadi panas. Kami juga minta Pemkab bersikap tegas jika ada perusahaan yang melakukan pengambilan air bawah tanah. Di Batang sudah ada Perda yang melarang pengambilan air bawah tanah. Perda ini harus ditaati, termasuk bagi perusahaan-perusahaan yang ada di KEK,” tegasnya.
Su’udi juga menegaskan, kehadiran KEK diharapkan bisa benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat Batang. Salah satunya mengatasi pengangguran yang ada. Dirinya berharap, KEK bisa menyerap banyak tenaga kerja dari Batang sehingga bisa mengurangi angka pengurangan dan mengatasi kemiskinan.
”Bupati sudah menegaskan, tenaga kerja di KEK kalau bisa dioptimalkan dari warga Batang. Kami minta kepada Dinas Tenaga Kerja bisa memiliki program untuk mendukung hal ini. Bukan sekedar bikin pelatihan yang bersifat teknis saja, tapi juga bagaimana warga Batang dibuka kesadarannya untuk benar-benar memiliki kontribusi di tengah keberadaan KEK,” tandasnya.
Dirinya menambahkan, ada satu problem di masyarakat sekitar KEK yang harus menjadi perhatian serius bagi Pemkab. Di daerah sekitar KEK, kultur masyarakatnya dulu adalah petani yang terbiasa dengan kondisi wilayah perkebunan. Jadi mereka tidak harus berangkat pagi dan pulang sore. Mereka bekerja seadanya, dapat uang, lalu pulang. Sementara ketika bekerja di KEK, mereka tidak kerasan karena harus bekerja dari pagi sampai sore. Kondisi ini juga harus menjadi perhatian agar mereka tetap mendapat manfaat dari kehadiran KEK.
”Ada juga masalah lain yaitu harga tanah di sekitar KEK sekarang mahal dan saya khawatir suatu saat akan terjadi pergeseran. Mereka yang tadinya punya tanah luas, lalu tanahnya dijual. Disisi lain, karena tidak terbiasa dengan pekerjaan di industri, lalu tidak masuk di dalamnya. Kalau seperti ini, dikhawatirkan akan banyak warga disana menganggur. Ini harus kita antisipasi,” tuturnya. (**)