Kemudian, kolaborasi pemerintah dengan pelaku usaha. “Pemerintah Kota Solo sering memberikan dukungan kepada pelaku ekonomi kreatif melalui, fasilitas permodalan, pameran produk dan program pelatihan seperti marketplace dan media sosial. Strategi digitalisasi ini bisa ditiru untuk memperluas pasar.
Selain itu, penyelenggaraan acara kreatif. Solo rutin mengadakan acara seperti Solo Batik Carnival, Solo International Performing Arts (SIPA), dan berbagai festival lainnya. Acara-acara ini menarik wisatawan sekaligus mempromosikan produk lokal. Hal lain yang dapat ditiru yakni pemberdayaan komunitas kreatif, yang menciptakan ekosistem kreatif yang saling mendukung, konservasi dan inovasi budaya.
Uwes menuturkan, Solo berhasil menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern, seperti membuat batik dengan desain kontemporer atau memadukan seni tradisional dengan media baru.
Kota tersebut juga memiliki fasilitas dan infrastruktur pendukung, seperti Creative Hub dan coworking space yang dirancang untuk mendukung pelaku ekonomi kreatif. Selain itu, Solo memiliki branding yang kuat sebagai kota budaya dan kreatif. “Strategi branding ini bisa ditiru untuk mempromosikan potensi daerah lain,”tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Porapar Kabupaten Tegal, Joko Sunarto menambahkan, hal yang dapat ditiru dari Kota Solo adalah pengembangan ekonomi kreatif terutama keterlibatan pemerintah dalam usaha pengembangan 17 sub sektor ekraf. Selain itu juga pembelajaran pencapaian Kota Solo sebagai kota kreatif dunia. **