TEGAL, smpantura – Rencana pemerintahan Presiden terpilih Prabowo-Gibran memecah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menjadi tiga bagian mendapat respon dari berbagai kalangan.
Salah satunya datang dari Anggota DPR RI periode 2024–2029 Dr Abdul Fikri Faqih.
Ia menyampaikan, tiga kementerian tersebut adalah terkait dengan bidang pendidikan dasar, bidang pendidikan tinggi dan riset serta kebudayaan.
“Memang sudah lama banyak kritik terhadap orientasi pengembangan pedidikan tinggi yang kurang fokus ketika diampu oleh kementerian yang juga sudah dibebani dengan pendidikan dasar dan menengah,” kata Fikri dalam siaran pers yang diterima smpantura, Selasa malam (15/10/2024).
Untuk kondisi di Indonesia, Fikri menilai negara ini memiliki beban berat karena cakupan wilayah yang luas dengan jumlah penduduk lebih dari 279 juta.
Maka sangat dimaklumi apabila rangking perguruan tinggi di Indonesia masih rendah jika dilihat dari kacamata dunia.
Bahkan, negara seperti Denmark hingga Mesir dengan jumlah penduduk 5 hingga 111 juta saja ada Kementrian pendidikan tinggi.
“Jadi wajar jika ada inisiatif untuk memajukan pendidikan tinggi. Karena memang mesti ditangani sebuah kementrian tersendiri,” tegasnya.
Legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menyebut bahwa perlu dukungan dari berbagai pihak jika Kementerian Kebudayaan akan dibuat terpisah.
Sebab, pengalaman di beberapa negara kadang digabung dengan pendidikan dan kadang digabung dengan pariwisata.
Dengan demikian, Fikri menilai Indonesia bisa banyak belajar dari negara yang menjadikan kebudayaan menjadi sebuah kementerian tersendiri.
Seperti halnya di India, Perancis dan negara lain yang telah memiliki pengalaman dalam melestarikan, mengelola dan mengembangkan kebudayaannya dalam sebuah kementerian secara khusus.
“Mudah-mudahan dengan menjadi sebuah kementerian tersendiri bisa mewujudkan apa yang diharapkan dari UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kita menjadi kontributor peradaban dunia melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan Indonesia. Dari Indonesia untuk dunia,” katanya. (**)