Dia mengungkapkan, peta dunia pendidikan telah berubah dengan sangat cepat. Era digital dan globalisasi menuntut perguruan tinggi, termasuk Ubisa untuk bertransformasi tidak hanya dalam hal konten pendidikan, tetapi juga dalam tata kelola institusinya. Dia kemudian mengayunkan pertanyaan, mengapa Reformasi Birokrasi Penting?
Menurut Dr Bhimo, pertama adalah, transparansi menjadi kunci membangun kepercayaan publik. Ketika masyarakat percaya kepada institusi pendidikan tinggi, dukungan terhadap pengembangan seni dan budaya akan semakin kuat. Ubisa Tegal, menurut dia, telah menunjukkan komitmen tersebut, melalui keterbukaan informasi dan partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan.
Kedua, kata dia, akuntabilitas memastikan setiap program dan kegiatan memberikan dampak nyata. Bukan sekadar menghasilkan lulusan dengan gelar. Tetapi lulusan yang mampu berkontribusi pada pembangunan budaya dan ekonomi kreatif Indonesia.
Ketiga, efisiensi memungkinkan optimalisasi sumber daya untuk mencapai hasil maksimal. Dengan sumber daya yang terbatas, kita harus pintar mengelola agar dampaknya bisa dirasakan lebih luas.
Di sisi lain, dari pembeberan alasan itu, dia pun menyampaikan beberapa hal berkait
tantangan yang bakal dihadapi.
Dalam konteks pendidikan tinggi, tantangan reformasi birokrasi memiliki keunikan tersendiri. Kita harus menyeimbangkan antara kreativitas yang tidak terbatas dengan sistem yang teratur dan akuntabel. ”Ini bukan hal yang mudah, tetapi bukan tidak mungkin,” tandas dia.
Menurut dia, tantangan digitalisasi juga nyata. Antara lain, bagaimana menggunakan teknologi untuk mendokumentasikan, melestarikan, dan menyebarluaskan produk akademik. Yakni, bagaimana memastikan para lulusan muda dapat mengakses platform digital global sambil tetap berakar pada budaya lokal.