Oleh Indi Nila Sholikhah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal
Peran pendidikan bagi anak sangatlah penting untuk masa depan anak baik dari perilaku dan pola pikir anak. Pendidikan yang harus ditempuh oleh seorang anak mulai dari umur 7 tahun, di antaranya pendidikan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Nyatanya seiring berjalannya waktu dengan mulai majunya dunia pendidikan di Indonesia, maka pendidikan bagi anak pun ikut mengalami kemajuan. Banyak orang mulai sadar mengenai pendidikan sangat penting untuk karir atau pekerjaan sebagaimana dalam pekerjaan kita membutuhkan suatu keahlian yang kita dapatkan dari suatu pendidikan, selain penting untuk karir pendidikan juga sangat penting untuk menjadikan manusia agar lebih baik karena membuat kita menjadi manusia yang mempunyai adab. Peran pendidikan ini sebagai wadah manusia untuk berpikir, menganalisa, serta memutuskan. Menumbuhkan sebuah karakter pada diri sendiri juga merupakan tujuan dengan adanya pendidikan.
Dari pentingnya peran pendidikan bagi seorang anak banyak orang tua yang berlomba lomba ingin anaknya sekolah hingga lulus SMA bahkan ke jenjang perguruan tinggi , tetapi pemikiran itu kurang sampai di masyarakat desa yang mereka beranggapan “Untuk apa berpendidikan tinggi jika tidak bisa menjadi orang yang sukses” dan “Untuk apa perempuan sekolah tinggi jika ujungnya juga mengurus rumah” kata-kata seperti ini yang sering dilontarkan oleh sebagian masyarakat desa. Faktor lain kurangnya pendidikan pada masyarakat desa mulai dari fasilitas sekolah yang tidak memadai kurangnya sekolah di desa bahkan jarak rumah ke sekolah yang sulit ditempuh karena terlalu jauh yang menyebabkan banyak anak di desa putus sekolah. Keadaan ekonomi juga merupakan salah satu alasan masyarakat desa banyak yang tidak bersekolah, meskipun banyak sekolah-sekolah yang digratiskan untuk mereka akan tetapi ada beberapa alat yang harus dibeli sendiri dan hal itu yang menjadi penghalang mereka bersekolah. Masalah infrastruktur pendidikan di desa, di mana banyak sekali fasilitas-fasilitas sekolah yang sangat buruk dan tidak layak untuk dijadikan sarana penunjang pendidikan. Ribuan gedung.
sekolah banyak sekali yang ambruk, rusak, dan sudah tidak layak pakai, terutama di daerah-daerah perdesaan. Seharusnya, sebagai sarana pembelajaran, sebuah sekolah harus memiliki gedung dan fasilitas yang baik, agar para siswa nyaman dalam proses pembelajaran. Tidak hanya infrastruktur sekolah yang buruk melainkan juga buku-buku pelajaran siswa yang sudah rusak. Konten dalam sebuah buku pelajaran banyak ditemukan terdapat pornografi di dalamnya. Hal ini sangat merusak moral dan etika para siswa yang merupakan tunas bangsa.
Seharusnya penerbit buku-buku sekolah menjunjung tinggi etika dalam buku-buku pelajaran yang diterbitkannya. Satu lagi masalah pendidikan yang masih terus diperbincangkan adalah mengenai dana bantuan operasional sekolah (BOS). Dana ini seakan belum efektif bagi semua kalangan, terutama kalangan siswa yang tidak mampu. BOS memang diperuntukkan untuk siswa-siswa tidak mampu namun dana BOS yang cair hampir semua sampai ke tangan yang berhak. Namun banyak sekali kasus dana BOS yang disalahgunakan, seperti diambil oleh siswa kalangan mampu.
Perkembangan pendidikan di kota berbanding terbalik dengan di desa, pendidikan di kota dapat berkembang pesat karena didukung oleh sarana dan prasarana yang mudah untuk didapatkan. Sedangkan di desa perkembangan pendidikan cenderung berjalan lambat karena sulitnya mendapatkan sarana dan prasarana untuk pendidikan tersebut. Seperti penggunaan teknologi saat pembelajaran di desa memang jauh lebih sulit karena susahnya jaringan bahkan seperti di desa yang hidup di gunung mereka lebih sulit belajar menggunakan teknologi karena susahnya jaringan yang digunakan. Kesenjangan pendidikan di kota masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi.
lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekadar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Maka, ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidak adilan tidak diredam (Hanakristina,2010).
Sekolah yang kualitasnya bagus karena memiliki pengajar yang kompeten, fasilitas lengkap, dan siswa-siswanya cerdas akan semakin bagus. Sedangkan sekolah yang kualitasnya sedang justru sebaliknya. Sekolah yang kualitasnya sedang atau kurang bagus akan menjadi bertambah buruk. Sudah tenaga pengajarnya kurang kompeten, fasilitasnya kurang, siswa siswanya yang juga kurang berakademis.
Memperoleh pendidikan merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memperhatikan pemerataan pendidikan yang ada di Indonesia. Seperti yang telah diketahui bahwa pada tahun 2015 dibentuklah SDG’s yang merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan untuk menyejahterakan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Diantara tujuan SDG’s yang telah disepakati, terdapat satu tujuan untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
Pendidikan merupakan suatu yang harus diperhatikan demi perkembangan pembangunan, sebab dasar dari pembangunan yang strategis adalah pendidikan. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Berjalannya sebuah pendidikan di Indonesia merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini pemerintah wajib memfasilitasi pendidikan di Indonesia. Banyak hal yang harus diselesaikan dalam bidang pendidikan, hal ini dikarenakan banyaknya masalah-masalah pendidikan yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia.