PEMALANG, smpantura – Kesenian Ketroprak saat ini sudah jarang dipentaskan, sebab sudah mulai tergeser dengan kesenian moderen lainnya. Dengan semangat melestarikan budaya Jawa, salah satunya kesenian ketoprak, Yayasan Roda Kendali Mengori (YRKM) Kabupaten Pemalang menggelar pementasan ketoprak kolaborasi. Ketoprak kolaborasi ini memang benar benar terobosan baru yang di lakukan YRKM, sebab pertunjukan tersebut jarang sekali dilakukan khususnya di Pemalang.
“Ketoprak, meruapkan pertunjukan kesenian tradisional yang telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Dalam pagelaran ketoprak kolaborasi ini melibatkan kesenian wayang kulit purwo, tim karawitan, dan pemain ketoprak,” ujar Ketua YRKM Pemalang, Marsudi Wahyu Nugroho, Selasa (1/7).
Ia mengatakan, pementasan ketoprak kolaborasi tersebut merupakan rangkaian kegiatan sejak malam 1 Suro 2025. Pada malam 1 Suro digelar doa bersama dan melantunkan tembang pujian Jawa atau juga disebut kidungan. Selain itu ada doa bersama dan refleksi diri selama satu tahun lalu dan untuk satu tahun kedepan. Khusus untuk ketoprak kolaborasi mengambil lakon, Jumeng’e Patih Sampun, dimana cerita tersebut merupakan asli dari Pemalang. Dalam lakon tersebut diceritakan asal muasal nama Patih Sampun, dimana toko tersebut sebenarnya utusan dari daerah lain yang diperintahkan untuk mengambil pusaka di Pemalang. Namun dalam perjalanan justru terjadi huru hara, sang utusan yang bernama Kalamudin diberi kesempatan untuk membangun daerah itu dari kerusakan yang disebabkan oleh kawannya. Saat ditanya oleh Bupati Pemalang kala itu, apakah tugas membangun Pemalang yang diberikan pada Kalamudin sudah selesai? yang bersangkutan langsung menjawab sampun yang artinya sudah. Pembangunan bisa berjalan cepat dan sesuai dengan harapan bupati kala itu. Dengan jawaban tersebut, akhirnya sang bupati menobatkan Kalamudin menjadi Patih Sampun.
“Dalam cerita ini durasinya sekitar 1 jam dengan melibatkan tokoh utama sekitar enam orang, tetapi total pemain ada 12 orang. Pementasan ketoprak di YRKM sudah dua kali, pertama kali saat peresmian gedung dengan lakok Joko Kendil, dan yang kedua Jumeneng’e Patih Sampun,” tandasnya.
Dia mengatakan dipilihnya kesenian ketoprak, sebab lebih mudah dipelajari dalam waktu singkat, sebab semua pemainnya masih pemula dan masih belajar. Khusus untuk lakon Jumeneng’e Patih Sampun sutradaranya Adi Bejo, dan pengarah gerak Marsudi Wahyu Nugroho, dan dukungan penuh dari tim karawitan YRKM. (**)