Untuk menjajakan makanan khas Tegal ini, Isah mengeluarkan modal sekitar Rp 150 ribu.
Modal itu ia digunakan untuk membeli bahan-bahan seperti empat kilogram beras, dua setengah kilogram tempe, dua kilogram mi kenyol, setengah kilogram cabai dan tauge, 10 butir bawang merah dan empat siung bawang putih.
Proses memasak kupat bongkok terbilang cukup sederhana namun butuh ketelatenan.
“Biasanya saya mulai masak bahan-bahan sejak subuh dan dijual pada pukul 05.30 WIB sampai habis,” jelasnya.
Cara penyajian kupat bongkok juga tidak ribet. Isah biasa menyiapkan lontong atau kupat yang sudah diiris dalam mangkuk, lalu ditabur tauge dan diberi olahan tempe semangit (besengek).
Setelah itu, giliran mi kenyol dengan kuah merah dimasukkan di atas olahan tempe semangit yang kemudian disiram dengan kuah kaldu kuning.
Untuk memberikan cita rasa manis, kupat bongkok diberi kremesan kerupuk mi dan dituangkan kecap secukupnya.
Bagi pecinta pedas, bisa juga meminta tambahan cabai rebus yang diulek dadakan.
Untuk seporsi kupat bongkok, pembeli cukup merogoh saku Rp 10 ribu saja. Sebagai pelengkap, pembeli juga bisa menikmati kupat bongkok dengan beraneka ragam gorengan, seperti tempe, bakwan maupun tahu.
Menyantap semangkuk kupat bongkok, akan terasa lebih lengkap saat ditutup dengan segelas teh manis wasgitel (wangi, sepet, legi dan kentel) khas Tegal.
Selain terasa nikmat dan kenyang, pembeli juga dijamin langsung berkeringat. (**)