BATANG, smpantura – Mantan Presiden RI Ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau yang sering kita kenal Gus Dur, namanya akan diabadikan sebagai nama jalan di Kabupaten Batang.
Nama cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari akan menggantikan nama jalan raya Gapuro – Warungasem – Pandansari.
Penggantian itu, sekaligus untuk menghormati jasa-jasa Gus Dur. Selain itu juga menjadi kebanggaan bagi masyarakat.
“Penamaan Jalan KH Abdurahman Wahid itu, menindaklanjuti masukan Ketua DPRD, Maulana Yusup. Selanjutnya, kami teruskan ke Gubernur, untuk mendapatkan SK Penamaan,” ujar Kabid Jalan dan Jembatan DPU-PR, Endro Suryono.
Penamaan jalan, menurut surat keputusan (SK), untuk Jalan Nasional, Provinsi, dan Jalan Kabupaten. Penamaan bisa menggunakan unsur pahlawan dan tokoh nasional.
Selanjutnya usulan itu, dibahas bersama DPU-PR dan Bagian Hukum. Usulan ditetapkan, dengan SK Gubernur sebagai nama jalan.
Endro menuturkan, di Kabupaten Batang saat ini, terdapat 139 ruas jalan. Adapun penamaan jalan, sesuai dengan nama pahlawan atau tokoh nasional, di Kecamatan Batang, sebagai Ibu Kota ada 40 titik dari 48 ruas jalan.
Sehingga ada delapan ruas jalan, yang saat ini belum ada namanya. Seperti jalan raya Sigandu – Ujungnegoro, Pasekaran – Pandansari, Pasekaran -Menguneng, Tegalsari – Kecepak, Seturi – Klidanglor dan lainnya.
Masyarakat bisa mengusulkan untuk penamaan jalan. Saat ini masih banyak nama-nama tokoh nasional, maupun pahlawan, yang namanya belum diabadikan sebagai nama jalan.
Seperti mantan Bupati terdahulu, yang dimakamkan di Astana Pasekaran. Seperti Kanjeng Raden Tumenggung (JRT) Surodiningrat, atau yang populer dengan nama Pangeran Sedo Rawuh, yang juga silsilahnya keturunannya menjadi tokoh-tokoh nasional, seperti Letjen Purn Ali Moertopo (mantan Menpan), artis/dosen Liliek L Karim, serta mantan Bupati, Bambang Bintoro dan lainnya.
Juga ada nama tiga mantan Bupati di era orde baru, Soehoed yang membangun Stadion M Sarengat Moeslich Effendi, dan Joko Poernomo.
Bahkan, Joko Poernomo dimakamkan di Astana Pasekaran, sedangkan untuk Soehoed, dimakamkan di kota kelahirannya di Rembang dan Moeslich Effendi di Semarang.
“Silakan masyarakat, bisa mengusulkan nama-nama pahlawan untuk penamaan jalan. Yang selama ini hanya berdasarkan nama desa seperti Sigandu – Ujungnegoro, dan Gapuro -Warungasem yang sebentar lagi akan menjadi Jalan KH Abdurahman Wahid,” tandas Endro, merupakan alumnus Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (P02-Red)