Slawi  

Kisah Pilu Difabel Saat Nyoblos di Pemilu 2024, Ngesot Saat Datang ke TPS

SLAWI, smpantura – Kisah pilu seorang difabel di salah satu wilayah Kabupaten Tegal saat gelaran Pemilu 2024 lalu. Semangat untuk memberikan haknya dalam Pemilu, membuat difabel ini rela ngesot menuju TPS hingga kakinya lecet.

Ya, difabel itu yakni Ratono warga RT 1 RW 3 Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru yang bercerita saat Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Bagi Disabilitas Pada Pemilihan Serentak Tahun 2024 oleh Bawaslu Kabupaten Tegal di Kafe Sand Beach Slawi, Jumat sore (25/10/2024).

“TPS cukup jauh, karena tidak ada yang menggendong akhirnya ngesot menuju TPS. Sampai-sampai pada lecet,” kata Ratono yang merupakan disabilitas tuna daksa.

Ia mengaku bersemangat untuk menyukseskan pemilihan dengan memberikan haknya di TPS. Namun, ia mengeluhkan mobilitas penyandang disabilitas saat menuju TPS. Ratono berharap adanya fasilitas, seperti kursi roda di TPS untuk membantu saat mencoblos.

“Kami biasanya dibantu petugas saat masuk bilik suara. Tapi, mereka tahu saya memilih siapa. Ini membuat pemilihan tidak rahasia,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Ratono berharap ada relawan independen yang tidak memihak salah satu calon di TPS yang memang khusus untuk disabilitas, sehingga rahasia saat mencoblos bisa terjamin.

BACA JUGA :  Ketua MA Usulkan Kepres Pembangunan Kantor PA

Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Humas Bawaslu Kabupaten Tegal, Sri Anjarwati mengatakan, sosialisasi pengawasan partisipatif bagi disabilitas melibatkan 50 orang dari komunitas Difabel Slawi Mandiri. Kegiatan itu bertujuan agar disabilitas yang dianggap kaum marginal, juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan informasi. Pasalnya, prinsip dalam pemilihan yakni one man one vote yang tidak melihat apakah itu difabel atau bukan.

“Kami juga menekankan bahwa difabel tidak hanya memilih, tapi juga mengawasi hak pilihnya dipergunakan secara benar,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, Bawaslu juga membuka ruang bagi disabilitas untuk menyampaikan keluhannya saat pelayanan di TPS. Hal itu dikarenakan TPS harus ramah dengan disabilitas, selain ibu hamil dan anak-anak. Selama ini, keluhan disabilitas saat di TPS merasa diabaikan, seperti halnya tidak mendapatkan tempat duduk.

“Difabel bisa didampingi keluarga atau petugas di TPS. Tapi, pendamping tidak boleh membocorkan apa pilihannya. Jika memang difabel kesulitan datang ke TPS, biar petugas TPS yang mendatangi rumahnya,” terangnya. (**)

error: