TEGAL, smpantura – Mohamad Tarso Supriadin (48) tidak pernah menyangka bisa menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal periode 2024-2029.
Melihat latar belakangnya, rasanya sulit dipercaya bagi Tarso bisa duduk di kursi parlemen. Namun, tidak ada yang mustahil di dunia ini jika tidak memiliki rasa percaya diri dan mental baja.
Seperti halnya Tarso yang lahir di Tegal pada 1 September 1976. Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai biro jasa dan honorer penjaga palang pintu kereta api di Dinas Perhubungan Kota Tegal, mampu mendapatkan amanah dari masyarakat dengan perolehan 1.351 suara di Daerah Pemilihan Kota Tegal 3 (Margadana).
“Alhamdulillah, masyarakat mempercayakan saya untuk menjadi wakil mereka di DPRD,” kata Tarso saat berbincang dengan smpantura usai Rapat Paripurna Penyampaian Nota Keuangan RAPBD TA 2025 di Ruang Rapat Paripurna DPRD, Jumat (13/9/2024).
Lebih jauh Tarso mengisahkan, keinginan dirinya maju menjadi calon anggota legislatif berangkat dari kepedulian terhadap masyarakat dan ingin berbagi manfaat yang lebih luas untuk masyarakat. Hal itu sejalan dengan profesinya yang kerap dibutuhkan oleh masyarakat dalam berbagai kondisi.
Biasanya, Tarso dipercaya masyarakat untuk sekadar mengurus administrasi kependudukan (adminduk) baik kartu keluarga, KTP hingga akta kelahiran, termasuk mengurus paspor dan surat-surat tanah.
Kehadiran Tarso juga kerap dibutuhkan pada saat warga mengalami kecelakaan, membantu warga dalam hal kesehatan hingga pendidikan, khususnya bagi warga yang kurang mampu. Kesemuanya itu Tarso lakukan tanpa ada embel-embel apapun.
“Meski kita butuh uang, tetapi uang bukanlah segalanya. Dari kepercayaan yang diberikan warga kepada saya untuk mengurus hajat mereka, saya sudah merasa senang. Karena saya ingin menjadi manusia yang bermanfaat, bukan dimanfaatkan, apalagi memanfaatkan,” tegasnya.
Bapak dua anak ini merasa tertantang untuk maju menjadi anggota DPRD karena dengan kebijakan yang dimiliki akan semakin mempermudah jalannya dalam membantu sesama, khususnya masyarakat Kecamatan Margadana.
Selain berprofesi sebagai biro jasa, Tarso yang menjadi tulang punggung keluarga juga memiliki profesi utama sebagai pegawai honorer di Dinas Perhubungan Kota Tegal, sejak Agustus 2010. Dia ditugaskan untuk menjaga perlintasan kereta api dengan upah sesuai UMK.
Namun sejak tahun 2022 lalu, Tarso memilih untuk mundur dan mulai bergabung dengan Partai Gerindra Kota Tegal. Sejak itulah dia masif turun ke masyarakat dengan keahliannya melayani dan berbagi manfaat.
Warga RT 03/ RW 05 Kelurahan Margadana ini merasa tertantang acap kali dalam membantu masyarakat namun terkendala sesuatu hal.
“Dengan menjadi anggota DPRD, Insya Allah kemudahan akses apapun untuk masyarakat bisa didapat. Selain membantu mengawal aspirasi masyarakat, kami juga mendapat tunjangan kan,” kelakarnya.
Dengan jabatan yang dimiliki saat ini, Tarso menyatakan tetap berprinsip menjadi manusia yang bermanfaat, sekaligus menepis isu negatif bahwa menjadi anggota DPRD harus memiliki modal rupiah yang tidak sedikit.
“Bagi masyarakat yang ingin berkiprah di parlemen jangan terpancing modal banyak. Tetapi modal utamanya adalah dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Sebisa mungkin hadirlah dalam ruang lingkup apapun untuk memberi sumbangsih, meski itu dinilai kecil. Tetapi jika kita amanah dan tidak mengharapkan pamrih, Insya Allah kebaikan akan kembali ke diri kita,” tuturnya.
Terkait dengan pegawai honorer khususnya para penjaga lintasan kereta api, Tarso mengaku akan berupaya memperjuangkan nasib rekan sejawatnya, baik berupa kelayakan fasilitas dan sarana prasarana maupun upah yang diterima.
“Jam kerja di PJL perlu ditinjau ulang. Karena kalau kita tidak berangkat, maka upah hari itu dipotong dan harus ada orang pengganti. Belum lagi palang pintu yang terpasang masih manual. Mungkin nanti bisa diperjuangkan,” pungkasnya.