BUMIAYU, smpantura- Komisi II DPRD Brebes menilai peresmian atau operasional Pasar Seng yang berlokasi di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kecamatan Bumiayu, terlalu dipaksakan. Penilaian itu setelah komisi yang membidangi ekonomi dan keuangan tersebut melakukan inspeksi mendadak (sidak), Selasa (28/11), kemarin.
Anggota DPRD Brebes, Sudono, menyatakan, konsep awal pembangunan pasar sebenarnya tidak langsung pakai. Sebab anggaran pembangunan hanya Rp 15 miliar dari total kebutuhan Rp 30 miliar.”Jadi pembangunan pasar ini belum sepenuhnya selesai tetapi sudah diresmikan dan beroperasi. Kami menilai ini (peresmian) seperti dipaksakan,” kata Sudono.
Menurut Sudono, belum selesainya semua bangunan pasar menyebabkan semua pedagang tidak tercover. Akibatnya terjadi banyak penumpukan barang milik pedagang diluar pasar sehingga menimbulkan kesan kumuh.”Penataan parkir hingga lahan bongkar muat barang juga masih semrawut,” katanya.
Namun begitu, pada sisi yang lain, Sudono memuji antusiasme dan kesadaran pedagang menempati pasar baru tersebut. Apalagi proses pemindahan pedagang tidak sampai menimbulkan konflik.”Ini harus disikapi oleh pemkab dengan cara memenuhi seluruh sarana dan prasarananya,” kata dia.
Sementara anggota Komisi II lainnya, Nasikun, menyorot soal kebersihan pasar. Menurut dia, kebersihan menjadi faktor penting maju tidaknya pasar.”Tadi saya lihat masih banyak sampah. Pasar kelihatan kumuh, padahal masih baru,” katanya. Menurut dia, kondisi tersebut terjadi karena masih kurangnya fasilitas penunjang.”Kesannya memang pasar ini dipaksakan beroperasi,” ujarnya.
Kepala Pasar Seng Bumiayu, Dwi Saputro, mengakui, tidak semua pedagang bisa tercover dalam pasar.”Total jumlah ada 1.350 pedagang. Dari jumlah tersebut, 300 pedagang diantaranya tidak tercover kedalam pasar,” kata dia. Menurut Dwi, mereka yang tidak bisa masuk ke pasar, ditempatkan pada shelter-shelter di luar pasar.”Kami masih terus melakukan penataan,”ujarnya.(T06-red)