Tegal  

Lurah Tegalsari Intensifkan Program Sego Seceting untuk Menurunkan Angka Stunting

TEGAL, smpantura – Lurah Tegalsari, Sulung Pramedis, mengintensifkan program Semangat Gotong Royong Sekabehane Cegah Stunting (Sego Seceting), yang dimodifikasi dari inovasi mantan Camat Tegal Selatan, Sartono Eko Saputro.

Program yang telah berjalan sejak Januari 2023 itu, berhasil meluluskan atau menuntaskan puluhan balita, yang mengalami stunting.

Dari data awal sebanyak 75 kasus, saat ini kasus stunting di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, menyisakan 49 kasus.

“Sego Seceting sudah memasuki tahap tiga. Pada tahap pertama, ada sekitar 75 kasus. Untuk tahap kedua, turun menjadi 64 kasus dan tahap ketiga tersisa 49 kasus,” ungkap Sulung dalam Podcast Suara Merdeka Network (SMN) Pantura, Senin (17/7).

Dijelaskan Sulung, program itu semula dicanangkan mantan Camat Tegal Selatan, Sartono Eko Saputro, yang saat ini menjabat Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tegal.

Saat itu, program Sego Seceting telah dirilis dan belum berjalan sempurna. Sepeninggal mantan Camat Tegal Selatan, kemudian Sulung menginisiasi untuk mengkloning di Kelurahan Debong Kulon.

“Saat dirilis, saya masih menjadi Lurah Debong Kulon. Ketika akan diterapkan di Debong Kulon, ternyata saya juga dimutasi ke Kelurahan Tegalsari,” tukasnya.

Lebih lanjut Sulung menjelaskan, saat menahkodai wilayah Tegalsari, pihaknya kerap menggelar rembuk stunting. Namun, hasil dari kegiatan tersebut belum berjalan maksimal.

Pada akhirnya, Sulung mencoba menerapkan Sego Seceting di Tegalsari, dengan sedikit memodifikasi program itu menggunakan metode pentahelix yang melibatkan unsur bisnis, akademisi, komunitas, pemerintah dan publikasi media.

Benar saja, keterlibatan unsur tersebut mampu mengurangi angka kasus stunting di Kelurahan Tegalsari. Ditambah lagi Sulung kerap melakukan koordinasi dengan sang istri yang berprofesi sebagai bidan.

BACA JUGA :  Berkat Kerja Sama yang Epic, Kota Tegal Raih Opini WTP

“Penerapannya, kita berikan pendampingan asupan gizi balita stunting melalui kader kesehatan berupa makanan tinggi protein hewani. Biasanya, permakanan itu kita beri sebelum waktu makan siang. Makanan ini sudah disesuaikan dengan rekomendasi ahli gizi. Terkadang juga saya koordinasikan dengan istri,” bebernya.

Setiap kader, sambung dia, akan menyambangi para balita dan memantau makanan yang diberikan. Bahkan, tidak jarang para kader kesehatan memberikan langsung kepada para balita stunting.

“Ada yang datang mengantar makanan dan menyuapi. Jika saat didatangi si balita masih tertidur, maka orang tua yang akan menyuapkan. Itu dibuktikan dengan dokumentasi. Jadi setiap turun itu semua wajib didokumentasikan, agar program ini benar-benar tepat sasaran,” tandasnya.

Adapun biaya untuk menjalankan program Sego Seceting, Sulung menyebut didapat dari sinergi dan kolaborasi dengan masyarakat, pengusaha hingga instansi atau lembaga terkait.

Untuk setiap balita, setidaknya dibutuhkan dana sebesar Rp 15.000 per hari. Diakui Sulung, program itu banyak mendapat respon positif dari masyarakat.

“Alhamdulillah masyarakat sangat antusias dan mendukung. Mereka secara nyata bersedia gotong royong menuntaskan angka stunting,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sulung juga berharap penanganan stunting di daerah akan lebih diperhatikan pemerintah pusat. Terlebih Presiden Joko Widodo, mengamanatkan target penurunan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 14 persen di tahun 2024 mendatang. (T03-Red)

error: