Mahasiswa KKN-T 28 Undip Kembangkan Biogas di Desa Banjarmulya

PEMALANG, smpantura – Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) IDBU 28 mengajak masyarakat Desa Banjarmulya, Pemalang untuk memulai lagi menggunakan energi terbarukan dengani teknologi biogas berbasis kotoran hewan (kohe). Kotoran ternak bisa menjadi bahan bakar alternatif untuk warga, program itu sebagai upaya mengurangi ketergantungan warga terhadap gas elpiji yang harganya semakin mahal.

“Memanfaatkan limbah peternakan kotoran sapi supaya tidak mencemari lingkungan. Dengan teknologi sederhana ini, harapannya masyarakat desa memiliki peluang untuk mendapatkan sumber energi alternatif yang lebih murah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” ujar Hanif salah satu tim KKN Undip, baru baru ini.

Ia mengatakan, pelaksanaan program multidisiplin kedua telah berlangsung sekitar akhir bulan Juli hingga awall Agustus dan dilakukan di tempat mitra yang sama, yakni peternakan milik Biyasno di Dusun Tamansari. Proses pembuatan biogas ini bukanlah hal mudah, akan tetapi dengan dilaksanakan program ini tentunnya dirancang supaya dapat direplikasi dengan bahan dan alat yang mudah ditemukan di sekitar. Bahan yang perlu dipersiapkan untuk pembuatan biogas bagian pertama yakni mengambil kohe sapi delapan kilogram dicampur dengan 8 liter air, serta 400 mililiter EM4. Setelah tercampur semua di ember pengadukan, kemudian dimasukkan ke dalam galon le minerale untuk diproses fermentasi selama 7 hari. Proses fermentasi itulah yang nantinya menjadi kunci utama untuk menghasilkan gas metana atau bahan bakar yang akan dimanfaatkan. Setelah selesai program kerja yang telah dilakukan untuk membuat biogas, dilanjutkan untuk melakukan sosialisasi bersama beberapa warga Dusun Tamansari. Program multidisiplin pertama yakni tentang Pupuk Organik Cair (POC). Setelah dilakukan sosialisasi kepada warga seperti kelompok tani dan oeternak, terdapat beberapa tanggapan mengenai biogas.

BACA JUGA :  PT BPR Central Artha Raih Predikat “Sangat Bagus” Versi Majalah Info Bank

“Dari uji coba yang telah dilakukan oleh tim KKN, bahwa proses fermentasi ternyata masih memerlukan waktu yang lebih lama supaya benar-benar bisa menghasilkan gas metana yang stabil. Akan tetapi, tanda-tanda terbentuknya gas sudah mulai terlihat, meskipun hasilnya belum maksimal,” tandasnya.

Dia mengatakan, proses pengembangan biogas masih terus berjalan dan memberi peluang besar untuk dimatangkan lebih lanjut agar ke depan dapat digunakan secara nyata oleh masyarakat. Hal penting yang dapat dipelajari dan dipraktikan yakni bahwa tidak hannya berfokus mengenai teknisnya saja, namun keamanan juga menjadi perhatian utama. Jika tekanan gas digunakan secara berlebihan, akan ada risiko nyala api balik yang dapat memicu ledakan. Oleh karena itu, sistem dilengkapi kontrol valve otomatis yang menutup saat tekanan turun drastis, menjaga agar api dari kompor tidak kembali masuk ke dalam drum berisi gas metana. Inilah mengapa, meski menggunakan teknologi sederhana, prinsip keselamatan tetap dijaga ketat. (**)

error: