Mahasiswa KKN-T 28 Undip Ubah Urine Domba jadi Pupuk Organik Cair

PEMALANG, smpantura – Di balik aroma khas kandang domba yang biasa dianggap mengganggu indera penciuman manusia, ternyata terdapat potensi besar yang jarang dikulik. Urine domba yang biasanya hanya meresap ke tanah tanpa arah kini mulai dipandang berbeda. Tepat dihari ke-31 Tim KKN-T IDBU 28 Universitas Diponegoro datang mengajak warga di Dusun Tamansari, Desa Banjarmulya, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah untuk melihat lebih jauh bahwa dari yang dianggap limbah buangan ini ternyata memiliki potensi sumber daya yang sangat bermanfaat. Selain bermanfaat bagi lingkungan, di sisi lain juga bermanfaat terhadap ketahanan pangan keluarga mereka sendiri.

Pada malam hari, telah dilakukan sosialisasi kepada beberapa anggota warga Dusun Tamansari, Desa Banjarmulya. Dengan adannya sosialisasi dari setiap mahasiswa yang telah melaksanakan program kerjannya, baik itu mahasiswa dari saintek dan soshum telah memberikan kebermanfaatan sesuai rumpun keilmuwannya dengan baik. Akan tetapi kami lebih menonjolkan program kerja pembuatan produk pupuk organik cair dari urine domba, setelah dilakukan sosialisasi kurang lebih selama dua jam, beberapa anggota yang telah diundang ikut berantusias dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis. Kemudian dilanjutkan proses demonstrasi produk atau gambaran praktik proses pembuatan pupuk organik cair oleh salah satu rekan anggota kelompok kami, dilanjutkan pembagian produk pupuk organik cair kepada warga Dusun Tamansari.

Kegiatan membuat Pupuk Cair Organik (POC) dari urine domba menjadi salah satu program unggulan kami atau dikenal sebagai program multidisiplin pertama dari tim 28 kelompok 2, khususnya di Dusun Tamansari. Program multidisiplin pertama telah berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus 2025 dengan persetujuan bersama dengan mitra peternakan yakni milik Bapak Biyasno.

Namun, proses pembuatan POC ini membutuhkan fermentasi terlebih dahulu selama satu minggu supaya hasilnya lebih maksimal. Sebelum pembuatan POC tentunnya melakukan proses penampungan urine kurang lebih satu minggu dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti plastik PE, tali rafia, batu pemberat, serta galon bekas air mineral. Proses pembuatan plastik penampungan ini dimulai dari memotong plastik PE setebal 0,15 yang disesuaikan dengan ukuran tiap kandang. Plastik ini berfungsi sebagai lapisan penampung di bawah kandang, supaya urine domba tidak langsung meresap ke tanah. Lalu, kami membuat corong dari galon bekas yang dipotong bagian atasnya dan diikatkan dengan tali, kemudian digantung di posisi strategis agar tidak mudah jatuh. Di mulut galon, kami memasang plastik saring hitam di bagian lubang untuk mencegah kotoran hewan (kohe) ikut masuk.

Satu minggu berlalu, kami telah mendapatkan urine domba 3,5 galon, kemudian kami memulai proses fermentasi dengan mencampurkan bahan-bahan organik. Jenis produk POC kami yakni POC dengan campuran batang pisang, gula merah, EM4, air dan POC dengan campuran cangkang telur, gula jawa merah, EM4, kulit nanas, serta air.

Proses pembuatan untuk fermentasi yang pertama adalah memberikan takaran urine kambing 5 liter, kedua kemudian dicampur dengan air sebanyak 2,5 liter, ketiga mencampur dengan gula merah 300 gram bersama air namun jangan terlalu banyak, keempat dicampur dengan EM4 200 mililiter, dan kelima larutan yang sudah tercampur didiamkan selama satu jam.

BACA JUGA :  40 Peserta Sekolah Perempuan Diwisuda

Setelah larutan didiamkan selama satu jam, dilanjutkan proses mencampurkan dengan urine domba dengan limbah kulit nanas dan batas pisang 1 kilogram yang sudah dicincang halus, diaduk dengan larutan gula merah dan EM4 kemudian ditutup rapat dengan plastik hitam selama tujuh hari atau satu minggu. Namun, dengan catatan bahwa harus tetap dibuka setiap dua hari sekali supaya bisa mengetahui apakah buih-buihnya berkurang atau tidak ketika masih dalam proses fermentasi. Jika buihnya berkurang, maka dapat ditambahkan gula merah sekitar 50 kilogram saja.

“Aku belajar tentang kesabaran dalam membuat  suatu produk. Dalam pembuatan produk POC ini ngga instan, harus melakukan proses fermentasi. Dimana aku setiap hari selalu mantau POC nya apakah sudah terfermentasi dengan baik. Contohnya kemarin saat aku cek ternyata POC nya tidak berbuih (fermentasinya terganggu) dan pH nya 7 (netral) padahal harusnya dibawah 7 (asam). Maka dari itu aku inisiatif untuk menambah EM4 dan gula jawa, karena menurutku proses fermentasinya terganggu karena makanan (gula jawa) untuk bakterinya kurang sehingga bakterinya lama lama juga ikut mati”, ujar Eryka salah satu mahasiswa KKN yang membuat produk fermentasi POC.

Dari kandang sederhana di sudut Dusun Tamansari, sedikit demi sedikit semoga dapat memberikan kesadaran baru. Sesuatu yang selama ini dianggap kotor dan tak berguna ternyata bisa memberi manfaat bagi tanaman hingga kehidupan sehari-hari. Program pembuatan Pupuk Cair Organik (POC) ini bukan hanya tentang meracik bahan atau menampung urine, namun mengenai bagaimana bisa merubahah cara pandang warga dan di luar sana bahwa dari limbah menjadi berkah.

Di samping itu, istri Pak Biyasno ternyata sangat memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan. “Mayoritas di sini itu malah gak pernah pake organik nggih, jadi semuannya itu kimia. Jadi, kami dari lingkup segini saja untuk memberikan contoh itu sulit sekali, karena memang pelan-pelan kan hasilnya, kalau dengan kimia langsung tumbuh lebih cepat ya walaupun itu bisa sangat merusak tanah. Meskipun sedikit, saya mencoba menyelamatkan bumi dan dengan saya seperti ini semoga semua orang yang ada di sini itu agak bisa mengikuti saya sekaligus mbak dan mas di sini juga menjadi penyemangat bagi mereka”. Ucap Bu Sisil istri Pak Biyasno

Kami, mahasiswa tim KKNT IDBU 28 Universitas Diponegoro kelompok 2 telah memulai langkah kecil untuk memberikan kontribusi terhadap Desa Banjarmulya, khususnya Dusun Tamansari. Semoga ilmu yang kami tumpahkan tidak berhenti di sini saja, akan tetapi tetap berjalan selalu (**)

error: