“Aku belajar tentang kesabaran dalam membuat suatu produk. Dalam pembuatan produk POC ini ngga instan, harus melakukan proses fermentasi. Dimana aku setiap hari selalu mantau POC nya apakah sudah terfermentasi dengan baik. Contohnya kemarin saat aku cek ternyata POC nya tidak berbuih (fermentasinya terganggu) dan pH nya 7 (netral) padahal harusnya dibawah 7 (asam). Maka dari itu aku inisiatif untuk menambah EM4 dan gula jawa, karena menurutku proses fermentasinya terganggu karena makanan (gula jawa) untuk bakterinya kurang sehingga bakterinya lama lama juga ikut mati”, ujar Eryka salah satu mahasiswa KKN yang membuat produk fermentasi POC.
Dari kandang sederhana di sudut Dusun Tamansari, sedikit demi sedikit semoga dapat memberikan kesadaran baru. Sesuatu yang selama ini dianggap kotor dan tak berguna ternyata bisa memberi manfaat bagi tanaman hingga kehidupan sehari-hari. Program pembuatan Pupuk Cair Organik (POC) ini bukan hanya tentang meracik bahan atau menampung urine, namun mengenai bagaimana bisa merubahah cara pandang warga dan di luar sana bahwa dari limbah menjadi berkah.
Di samping itu, istri Pak Biyasno ternyata sangat memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan. “Mayoritas di sini itu malah gak pernah pake organik nggih, jadi semuannya itu kimia. Jadi, kami dari lingkup segini saja untuk memberikan contoh itu sulit sekali, karena memang pelan-pelan kan hasilnya, kalau dengan kimia langsung tumbuh lebih cepat ya walaupun itu bisa sangat merusak tanah. Meskipun sedikit, saya mencoba menyelamatkan bumi dan dengan saya seperti ini semoga semua orang yang ada di sini itu agak bisa mengikuti saya sekaligus mbak dan mas di sini juga menjadi penyemangat bagi mereka”. Ucap Bu Sisil istri Pak Biyasno