Kasultanan Cirebon memberontak dengan menurunkan Senopati Kasultanan Cirebon, Ki Ageng Pasingsingan. Pasukan Pangeran Purbaya dan Ki Ageng Pasingsingan bertempur hingga sampai di Desa Surajaya. Setelah beberapa hari bertempur, tidak ada kalah dan menang. Bahkan, keduanya akhirnya berdamai dan saling memaafkan hingga terjadi suasana haru. Tetesan air mata Pangeran Purbaya dipercaya masyarakat sekitar membuat sebuah danau kecil, yang berada di sebelah selatan makan.
“Danau itu merupakan tetesan air mata Pangeran Purbaya yang hingga saat ini tidak pernah kering, walaupun suasana kemarau,” kata Juru Kunci Darnoko itu.
Saat ditanya sosok Pangeran Purbaya, Darnoko menjelaskan, sosok Purbaya yang dituturkan para peziarah saat tirakat ada beberapa versi, kadang menampakan diri dengan memakai jubah seperti orang arab dan kadang pakaian Jawa.
Ia mengaku tidak boleh menceritakan hal-hal gaib yang terjadi di makan, walaupun dirinya kerap berkomunikasi dengan Pangeran Purbaya.
Terkait adanya beberapa makam Purbaya di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Tegal, Jogja dan beberapa daerah lainnya, juru kunci ini menuturkan, bahwa mungkin ada beberapa peninggalan yang membuat masyarakat meyakini adanya makan di situ. Akan tetapi, dimungkinkan karena Pangeran Purbaya orang sakti, sehingga bisa menjadi beberapa wujud. Dirinya meyakini bahwa Pangeran Purbaya merupakan orang Soleh dan suci, sehingga pantas untuk dijadikan tauladan.
“Kalau masyarakat Surajaya meyakini bahwa di lokasi ini adalah Makan Pangeran Purbaya,” ujarnya.
Sebelum covid, makam Pangeran Purbaya ramai hampir tiap hari. Namun, saat ini hanya ramai tiap Jumat Kliwon. Jika orang akan tirakat biasanya mulai dari Rabu Pon, Kamis Wage dan Jumat Kliwon. Banyak yang datang minta izin kepada dirinya, namun banyak juga yang datang sendiri, karena makan terbuka tidak ada pintunya.