Selama puasa, pekerjaan membuat adonan kue kering dilakukannya mulai pukul 07.00. Setelah adonan siap, barulah anggota kelurga turun membantu mengisi adonan dengan selai nanas yang sebelumnya sudah dibuat oleh Uci.
Adonan yang sudah berbentuk bulat kelereng itu lalu dipanggang menggunakan oven tangkring. Saat adonan sudah di dalam oven, Uci pun membuat bahan olesan nastar yang terbuat dari campuran kuning telur, kental manis dan pewarna kuning muda. Bahan olesan ini berfungsi untuk mempercantik kue nastar buatannya. Setelah kue matang, barulah dilakukan proses pengemasan.
Uci menuturkan, usaha tersebut dijalankan berawal dari kecintaan anak-anak terhadap kue nastar. Saat membeli nastar di toko, dia dan anggota keluarganya kerap merasa kurang puas dengan rasa dan harganya.
“Saat beli di luar ada yang tidak enak, ada yang harganya mahal. Karena saya bikin sendiri, kenapa tidak bikin saja. Ternyata dari anak-anak dan keluarga menyukai. Karena keluarga dan tetangga banyak yang pesan, nah kenapa tidak saya kembangkan,”ucapnya.
Mulailah pada tahun 2018 dia membuat kue nastar sendiri untuk dikonsumsi anak-anak dan keluarga. Barulah tahun 2020 dia serius menekuni usaha membuat kue kering dan katering.
Saat ini, Uci tak hanya membuat nastar, tapi juga membuat kue putri salju, kue kacang, kastengel , stik coklat, kacang bawang, kurma coklat dan sus coklat. Dari sekian banyak varian kue kering buatannya, stok nastar yang paling banyak.
“Untuk stok nastar sampai 70 persen. Sisanya 30 persen stok selain nastar,”tuturnya.
Kue kering buatannya seperti nastar dan kastengel, stik coklat dipasarkan dengan harga Rp 55.000/toples (berat 500 gram), sedangkan varian lainnya kue kacang dan putri salju Rp 50.000, kacang bawang Rp 40.000.