SLAWI, smpantura – Sejak puluhan tahun lalu, Tegal dikenal dengan slogan Jepangnya Indonesia. Berkat tangan-tangan terampil dan bertalenta, orang Tegal mampu membuat produk logam yang mampu bersaing di pasaran. Namun, apakah slogan itu masih berlaku hingga saat ini?.
Kenapa Tegal Dijuluki Jepangnya Indonesia?
Jika anda pergi ke Kabupaten Tegal, terutama di wilayah Adiwerna dan Talang, maka banyak penjual barang-barang rumah tangga dan kebutuhan lainnya yang terbuat dari logam. Bahkan, jika masuk perkampungan di dua wilayah itu, akan banyak dijumpai bengkel-bengkel logam. Mereka memproduksi piranti perkapalan, pertanian, onderdil, hingga alat-alat kesehatan. Produk industri logam dari Tegal bahkan telah dipakai dalam industri manufaktur otomotif nasional.
Di Kabupaten Tegal juga memiliki Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru di Dampyak Kecamatan Kramat. Nama Takaru identik dengan nama Jepang. Padahal, Takari sendiri merupakan kepanjangan dari Talang Cempaka Baru. Banyaknya industri logam di Kabupaten Tegal membuat daerah itu dijuluki Jepangnya Indonesia.
Asal Usul Keahlian Pengolahan Logam.
Industri logam di Tegal lahir pada masa kolonial Belanda. Hal ini bermula dari berdirinya Pabrik Logam NV Barat (sekarang PT.Barata) dan NV Nrunger (PT.Dwika – sekarang sudah tutup) sekitar tahun 1918. Pabrik tersebut dibangun untuk menopang kebutuhan peralatan dan suku cadang pabrik gula, perkapalan, kereta api, dan tekstil.
Warga Tegal mendapatkan ketrampilan, belajar disiplin dan teliti. Dengan berbekal ketrampilan yang dimiliki, banyak pekerja yang keluar dari pabrik logam dan mendirikan bengkel sederhana sesuai dengan keahlian masing-masing.
Kini industri logam rumahan di Tegal terpusat di Kecamatan Adiwerna dan Talang. Industri peleburan dan perajin logam di Kecamatan Adiwerna terpusat di Desa Tembok Luwung, Kalimati, Adiwerna, dan Pesarean. Sementara di Kecamatan Talang tersebar di Desa Pesayangan, Talang, dan Kebasen.
Masih Jadi Jepangnya Indonesia.
Kabid Industri Logam, Mesin, Elektronik, Alat Transportasi dan Aneka, Irsyad Sumarwanto menuturkan, UMKM Logam di Kabupaten Tegal jumlahnya mencapai 3 ribu industri kecil dan menengah. Namun, hasil pendataan Dinas Perindustrian, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tegal, ada 465 UMKM yang terdata dan masuk dalam pembinaan dinas tersebut.
“Slogan Tegal Jepangnya Indonesia masih melekat di Kabupaten Tegal. Industri masih menjadi penyumbang terbesar PDRB di Kabupaten Tegal,” katanya.
Dijelaskan, industri menjadi penyumbang PDRB sebesar 35 persen, baru disusul pertanian dan perdagangan. Namun demikian, UMKM industri logam tidak bisa berdiri sendiri, sehingga harus berkolaborasi dengan perusahaan besar. Tidak hanya soal keuntungan, tapi UMKM Tegal juga bisa transfer knowledge, baik dari budaya kerja, hingga teknologi.
“Ini yang kita bangun, sehingga UMKM Tegal bisa terus berkembang,” ujarnya.
Hingga saat ini, industri logam di Kabupaten Tegal masih menjadi rujukan daerah lain. Hal itu terbukti dengan banyaknya daerah yang melakukan studi banding ke UMKM Tegal. Kondisi ini yang meyakinkan bahwa Tegal masih menjadi Jepangnya Indonesia. (T05_Red)