Masuk Era Digital, Koran Cetak Australia Terus Berkembang

Nasional, smpantura – Kabar matinya media cetak regional di Australia terlalu dibesar-besarkan. Dikutip dari detiknews, Lucie Peart manajer pelaksana koran Gilgandra Newspapers, saat ini akan meluncurkan koran daerah kelima, dikawasan barat Negara bagian New South Wales beribu kota Sydney, Australia, Selasa (14/2).

Kami sedang mencari tiga orang staf baru. Dan ketika kami memasang iklan, ada 200 lowongan kerja lain dengan posisi wartawan,” ujarnya.

Industri media, baik di Australia maupun di berbagai belahan dunia, mengalami penurunan selama sepuluh tahun terakhir dikarenakan munculnya internet. Perusahaan media tersebut berhenti mencetak koran dan beralih ke digital, sehingga mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.

Minggu lalu, salah satu perusahaan media terbesar di Australia, News Corp, mengumumkan PHK sekitar lima persen staf diseluruh divisi koran di berbagai daerah.

Pemerintah federal dan negara bagian di Australia, memberikan bantuan miliaran rupiah untuk media regional setelah kesulitan keuangan akibat pandemi COVID pada tahun 2020. Bantuan tersebut tidak cukup untuk membantu media mingguan, namun memberikan kesempatan bangkit untuk penerbit kecil.

Sebagai Presiden Asosiasi Media Regional Australia (CPA) NSW, Lucie Peart turut menyaksikan rekan-rekannya mengembangkan bisnis ke beberapa negara bagian lain.

“Adanya Pandemi COVID-19 ini, memberikan berkah karena membuat beberapa penerbit saingan kami mengalami bangkrut. Salah satu media di jaringan pers regional saat ini mampu bersaing dengan perusahaan koran besar dalam jumlah penerbitan yang dimiliki.” katanya.

Masalah yang dihadapinya saat ini adalah mencari wartawan seiring dengan perkembangan media tersebut. Menurut serikat pekerja media, Media Entertainment and Arts Alliance (MEAA) memperkirakan, tiga ribu lapangan kerja di bidang jurnalistik hilang antara tahun 2011 sampai 2017 di Australia.

Berita mengenai disrupsi, berdampak pada industri media, PHK juga membuat banyak masyarakat mempertimbangkan kembali untuk berkarier di bidang ini. Dosen senior Charles Sturt University, Jock Cheetham mengatakan, sudah mulai muncul berbagai persepsi dikalangan orangtua dan beberapa mahasiswa, bahwa karir dalam bidang media saat ini kurang begitu menjanjikan.

BACA JUGA :  Warga Brebes Kecam Pernyataan Ketua DPRD DKI Jakarta Soal Telur Asin

Namun Cheetham tidak sependapat dengan persepsi tersebut, menurutnya masih banyak permintaan dari media yang memerlukan staf untuk bekerja di kawasan regional.

“Tahun 2022, saya mendapat banyak permintaan dari mereka yang memerlukan staf untuk bekerja di kawasan regional,tahun lalu jumlah permintaan, meliputi wartawan pemula sampai wartawan tingkat menengah tinggi sekali, namun sedikit sekali peminatnya”,ujar Cheetham.

Selain itu terdapat beberapa Faktor yang pengaruhi, salah satunya adalah kompetisi di dunia industri besar yang juga mempekerjakan wartawan untuk perusahaan mereka.Sebuah proyek bernama New Beats Project, proyek ini mempelajari kecenderungan PHK selama lima tahun di industri media menyimpulkan, bahwa banyak beberapa wartawan yang memeutuskan untuk pindah bekerja menginginkan kembali menjadi wartawan. Proyek tersebut menghasilkan buku berjudul Journalists and Job Lossatau yang memiliki arti Wartawan dan Kehilangan Pekerjaan.

Certified Practising Accountant (CPA), melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan raksasa Meta dan Facebook, terlibat dalam pendanaan Newsroom Sustainability and Digital Transformation Fund untuk membantu media lokal masuk dalam ruang digital. Walaupun halaman Facebook dan situs mereka semakin populer, editor pelaksana media lokal Condobolin, Argus Anne Coffey mengatakan, para pemasang iklan lokal masih enggan untuk masuk ke dunia digital.

“Kehadiran kami di dunia digital meningkat, namun pembaca enggan membayar untuk produk digital,Dan warga disini masih mau membaca berita, jadi saya tetap harus bekerja selagi bisa.” katanya. (-Red)

 

error: