Brebes  

Mata Air Panas PAP Tirta Husada Dipercaya Berkhasiat untuk Pengobatan

BREBES, smpantura– Obyek wisata Pemandian Air Panas Tirta Husada (PAP) merupakan salah satu pemandian air panas di Kabupaten Brebes.

Kebanyakan orang menyebutnya dengan Cipanas Kedungoleng. Sebab, lokasinya yang berada di Desa Kedungoleng, Kecamatan Paguyangan.

Sudah sejak lama, air dari mata air Cipanas Kedungoleng dipercaya berkhasiat untuk pengobatan. Terutama penyakit kulit.

Tak heran, banyak pengunjung datang untuk terapi kesehatan. Bagi yang tidak bisa datang, bisa mengambil air panas lewat perantara juru kunci.

Untung (55), warga Kecamatan Larangan, Brebes, adalah salah satu yang mempercayai khasiat air panas Cipanas Kedungoleng. Ia mengaku datang untuk meminta air panas guna pengobatan saudaranya.”Alhamdulillah tadi bisa bertemu dengan juru kunci di sini. Ini bagian dari ikhtiar untuk pengobatan penyakit kulit,” kata Untung.

Lalu bagaimana asal muasal Cipanas Kedungoleng? berdasarkan cerita turun temurun, konon, mata air Cipanas pertama kali ditemukan oleh Mbah Reksa Widjaya pada tahun 1837. Saat itu, ia sedang mencari kerbau miliknya yang hilang  ke hutan dan bermukim di wilayah Desa Kedungoleng.

Secara tak sengaja Mbah Reksa menemukan jejak kaki kerbau yang diyakini miliknya. Setelah ditelusuri, ternyata benar. Mbah Reksa melihat kerbau miliknya sedang berkubang di lumpur yang berair.

BACA JUGA :  Diduga Berbuat Asusila, Sekdes Ciomas Didemo Warga

Mbah Reksa kemudian mendekati kerbau miliknya. Namun ia kaget karena ternyata air dalam lumpur tersebut berasa panas. Seketika itu, Mbah Reksa menamai tempat itu dengan sebutan Cipanas.

Juru Cipanas Kedungoleng, Siti Sujiah, mengatakan, khasiat air panas alami sudah lama dipercaya warga. Ia mengungkapkan, jauh sebelum sumber air panas dikelola pemerintah, sudah banyak warga berdatangan untuk pengobatan.

Mereka bahkan menginap 1-2 malam di gubuk gubuk penginapan untuk mendapatkan pengobatan yang maksimal.”Sekarang tidak ada kamar kamar penginapan. Sehingga air dari sini dibawa pulang,” kata

Siti Sujiah yang masih keturunan dari Mbah Reksa Widjaya, mengatakan, yang digunakan untuk pengobatan bukan air yang ada di kolam renang maupun kamar kamar pemandian. Tetapi diambil langsung dari mata airnya.”Mengambilnya pun tidak boleh sembarangan,” kata dia.

Selain untuk pengobatan, tidak sedikit orang yang datang tujuannya untuk menenangkan hati, keselamatan dan keberkahan. Sujiah menambahkan, setiap tahun di bulan Sura, dilakukan pengurasan kolam air panas. Namun demikian, Sujiah enggan membeberkan alasan ritual tersebut.”Itu bagian dari perawatan saja,” ucapanya.(T06_Red)

error: