Tegal  

Mejasem, Transformasi Rural-Urban (1)

– Ahli Perancangan Kota, Abdullah Sungkar, S.E., S.T., M.T.

TEGAL, smpantura – Desa Mejasem, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal dan khususnya Desa Mejasem Barat, sangat menarik untuk diamati dan dikaji. Hal ini karena transformasi spatsial yang nyaris sempurna sebagai evolusi sebuah kota. Sebuah desa yang totally urbanized.

Evolusi ini diawali sebuah proyek permukiman perumahan nasional pada akhir dekade 1970an. Permukiman ini berlokasi di sisi utara jalan Langon-Kemantran. Berikutnya berkembang perumahan di sepanjang jalan baru ke arah utara bersambung dengan jalan Pabrik Texin menuju Jalur Pantai Utara (Pantura).

Pada segmen koridor jalan baru ini, berkembang perumahan dengan ukuran lahan dan bangunan yang lebih besar sebagai rumah tunggal yang berbeda dengan rumah kopel Perumahan Nasional (Perumnas).

Perkembangan alih fungsi lahan lebih pesat pada dekade 1990-2000. Kini transformasi spatsial ini sudah meluas melampaui batas Desa Mejasem Barat dan Mejasem Timur.

BACA JUGA :  DPUPR Pasang Patok Tanah di Jalingkut

Transformasi dari desa (rural) menjadi kota (urban) inilah bentuk urbanisasi yang sebenarnya, baik secara harfiah maupun ilmiah. Menurut Yunus (2009) transformasi wilayah menarik dikaji dari perubahan spatsial (struktur dan pola ruang), ekonomi dan sosial.

Dan ketiga matra inilah (ruang, ekonomi dan sosial) motor penggerak utama transformasi desa-kota di wilayah Mejasem. Distance decay principle, sebuah prinsip identifikasi ruang atau lahan, bahwa makin jauh sebuah lokasi dari lahan kekotaan terbangun, maka makin rendah tingkat transformasi atau perubahan bentuk lahan terbangun.

Demikian pula tentu makin murah harga lahan tersebut dibanding harga tanah di pusat kota. Pada awalnya mungkin prinsip ini berlaku di Desa Mejasem, tetapi ketika kini desa itu telah mengalami transformasi fisikal (dipenuhi dengan bangunan private dan commercial), maka harga tanah nyaris menyamai harga tanah di Kota Tegal. (T03-red)

error: