“Kalau masih mau sikut-sikutan, berangkat saja ke Simpang Lima. Wasitnya saya,” ujarnya santai.
Lebih lanjut, mantan Kapolda Jateng itu tegas menyampaikan bahwa pimpinan tidak boleh mengambil apapun kecuali tanggung jawab.
“Tugas dan wewenang bisa diberikan ke siapa saja, tapi tanggung jawab itu harus dipegang,” ujarnya.
Baginya, kerja sebagai pejabat publik harus dilandasi keikhlasan dan kesiapan untuk dikritik.
“Kalau nggak siap dibully, jangan menjabat. Jangan sibuk jaga eksistensi. Kerja ya kerja. Ikhlas, tidak usah dibuat-buat,” ucap Luthfi.
Gubernur Luthfi dalam kesempatan itu juga berpesan agar tidak ada ASN di Pemprov Jateng yang menggunakan cara-cara tidak etis untuk meraih jabatan.
“Kalau ada ASN coba-coba cari jabatan lewat dukun, pindah aja. Jawa Tengah perlunya bagaimana punya chemistry kerja dalam rangka memberi pelayanan ke masyarakat,” katanya, disambut tawa hadirin.
Gubernur menutup arahannya dengan pesan tentang etika dalam kepemimpinan. “Nek pinter ojo minteri, nek cepet, jangan mendahului. Kalau tajam, jangan melukai. Kita harus bisa menempatkan perasaan pada pimpinan kita,” tegas Ahmad Luthfi. **