Sebenarnya, menonton video berdurasi pendek dapat memberikan dampak yang bervariasi, tergantung pada konten dan durasi yang dihabiskan untuk aktivitas tersebut. Konten-konten dalam video pendek yang sangat beragam menghadirkan tantangan terhadap konsentrasi dan perhatian kita. Konten yang cepat berubah dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan kemampuan kita untuk mempertahankan perhatian dalam situasi yang lebih mendalam.
Berdasarkan data penelitian, kebiasaan menonton video pendek seperti Tiktok, Instagram Reels, dan lainnya dengan durasi 15-60 detik, bisa membuat seseorang menjadi sulit untuk menikmati konten yang berdurasi lebih panjang. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebutuhan fokus yang lebih lama saat megonsumsi konten berdurasi lebih panjang.
Salah satu aspek kritis yang muncul dari kebiasaan scrolling video pendek adalah potensi terjadinya ketidakseimbangan otak dalam menyampaikan pesan ke tubuh. Hal tersebut dapat memicu perubahan perilaku dan mood dengan cepat, bahkan bisa sampai mempengaruhi fungsi kognitif otak. Adanya stimulus yang berlebihan dari video pendek dengan durasi singkat dapat mengakibatkan otak terus menerus merespons tanpa adanya jeda yang memadai, mengakibatkan kelelahan dan kerusakan pada tingkat sel saraf.
Video pendek yang menghadirkan informasi dengan durasi singkat seringkali membuat kita mengabaikan kemampuan diri dalam berpikir secara mendalam. Kita menjadi terbiasa menerima informasi tanpa memerlukan pemikiran kritis, sehingga bisa memicu kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah secara menyeluruh.
Kemudian, video pendek dengan kontennya yang singkat dan berulang, dapat membatasi kemampuan otak untuk menyimpan informasi dalam memori jangka panjang. Hal ini disebabkan karena kita terlalu sering beralih antara video satu ke video lainnya dalam hitungan detik, sehingga membuat informasi yang kita peroleh hanya terkonsentrasi dalam memori jangka pendek. Bahkan, bisa jadi kita lupa atau kesulitan mengingat informasi yang seharusnya kita dapatkan dengan lebih baik.


