BREBES, smpantura – Situs Bumiayu mungkin terdengar asing bagi sebagian masyarakat, namun bagi kalangan arkeolog, namanya menyimpan jejak penting sejarah.
Di sinilah, jejak fauna dan manusia purba tertua di Pulau Jawa ditemukan. Dan, salah satu yang membangkitkan situs ini dari tidur panjangnya adalah Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis.
Sejarah penelitian di Situs Bumiayu memang sudah dimulai sejak tahun 1920. Karena tidak ada temuan yang signifikan, situs ini perlahan ditinggalkan dan terlupakan.
Namun pada sekitar tahun 2014, Karsono dan Rafli Rizal, dua warga Bumiayu, menemukan fosil hewan purba di kawasan Situs Bumiayu. Temuan ini kemudian tersebar luas melalui sejumlah media, hingga Balai Arkeologi Yogyakarta turun ke lokasi.
Sejak saat itu, temuan penting terus bermunculan. Rafli Rizal dan Karsono kemudian mendirikan Kelompok Pelestari Fosil Buton yang menjadi cikal bakal Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis. Kelompok ini juga mendirikan museum sebagai tempat penyimpanan fosil.
“Kami merasa terpanggil untuk melestarikan fosil fosil yang ditemukan di Situs Bumiayu. Seluruh fosil yang ada di museum ini, terdata di Balai Arkeologi Yogyakarta maupun Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran,” kata Ketua Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis, M Wildan Fadhlillah.
Lebih lanjut, temuan fosil yang paling istimewa di Situs Bumiayu adalah fosil manusia purba yang ditemukan oleh Karsono pada 2019. Penemuan ini semakin menegaskan posisi Bumiayu dalam peta kajian prasejarah Indonesia.
“Penemuan ini semakin membuat kami semangat mensosialisasikan Situs Bumiayu kepada para pelajar melalui program “Museum Goes To School,” kata Wildan.
Pemerintah kabupaten juga merespons temuan fosil manusia purba dengan membangun museum yang berlokasi di Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong. Sayangnya, hingga kini museum belum beroperasi karena masih kurangnya sarana dan prasarana.
Pada tahun 2023, kabar baik datang dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Situs Bumiayu resmi dijadikan fokus penelitian ekskavasi selama 5 hingga 7 tahun mendatang. Saat ini, BRIN tengah membangun akses jalan untuk mendukung penelitian tersebut.
“Tentu saja kami sangat senang dan mendukung. Penelitian ini bisa membawa Situs Bumiayu ke panggung internasional, tidak hanya sebagai objek penelitian, tetapi juga sebagai destinasi pariwisata yang akan berdampak positif bagi perekonomoan masyarakat,” kata Wildan.
Ya, dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemkab Brebes, Situs Bumiayu yang dulu sempat terlupakan kini kembali menjadi pusat perhatian. Dan semua ini bermula dari usaha sebuah yayasan kecil yang memiliki visi besar. (**)