SLAWI, smpantura – Hewan cicak dalam sejarah Islam kerap dikaitkan hewan yang menunjukan keberadaan persembunyian Nabi Muhammad SAW kepada kafir Quraisy saat di Gua Hiro. Lantaran kejahatan hewan ini, sebagian ulama berpendapat Cicak halal untuk dibunuh.
Dalam mitos Jawa, sebagian masyarakat menganggap kejatuhan cicak sama saja dengan kesialan. Terlebih, kejatuhan cicak di kepala dipercaya merupakan pertanda buruk. Beberapa mitos yang berkaitan dengan kejatuhan cicak di kepala, antara lain pertanda kematian, pertanda sial atau nasib buruk, pertanda akan kehilangan kebahagiaan atau kesenangan, pertanda akan muncul seseorang yang mengganggu ketenangan hidup, pertanda akan mengalami musibah atau kecelakaan.
Dalam Islam, percaya dengan mitos kejatuhan cicak adalah salah satu bentuk tathayyur, yaitu percaya kepada hal-hal yang tidak berdasarkan dalil syar’i. Tathayyur termasuk dosa syirik, karena mengaitkan sesuatu dengan nasib atau takdir selain Allah SWT.
Beberapa orang mempercayai bahwa kejadian ini dapat diartikan sebagai sebuah pertanda baik atau buruk, tergantung pada kepercayaan dan mitos yang dianut oleh individu tersebut.
Selain itu, kejatuhan cicak di kepala diyakini sebagai pertanda keberuntungan. Beberapa orang meyakini bahwa ini adalah sebuah pertanda akan datangnya rejeki atau keberuntungan dalam hidup mereka. Beberapa mitos lokal bahkan mengaitkan kejatuhan cicak di kepala dengan kabar baik dalam hal karir, cinta, atau kesehatan.
“Saya pernah kejatuhan cicak di kepala. Selang beberapa menit, ada yang memberikan kabar bahwa saudara saya meninggal dunia,” kata seorang warga Slawi, Kabupaten Tegal, Putro (40) saat ditemui pada Kamis (19/12/2024).
Walaupun saat itu, Putro tidak mengaitkan dengan kejadiaan kejatuhan cicak dengan kematian, namun beberapa temannya juga pernah mengalami hal serupa. Bahkan, ada teman yang kejatuhan cicak dan mengejar cicak itu hingga ditemukan.
“Selama ini, untuk menghindari keburukan saat kejatuhan cicak dengan cara cicak itu ditangkap dan dibunuh,” terangnya.
Sebagian masyarakat yang percaya dengan kesialan saat kejatuhan cicak, menurut adat Jawa dengan cara ruwatan.
Ritual ini bisa dijalani untuk menghilangkan nasib sial atau buruk yang menimpa. Mereka yang ingin membuang nasib sial acap melakukan acara ruwatan. Tentu saja, hanya tetua adat atau sosok guru yang memiliki keahlian khusus di bidang ini yang bisa melakukan upacara ruwatan. **