SLAWI, smpantura – Siapa yang tidak tahu bahwa makanan tahu Aci merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Tegal. Bahkan, Pemkab Tegal telah membuat Patung Tahu Aci di Perempatan Slawi Pos, Kecamatan Slawi. Namun, patung itu hanya sebatas ikonik.
Kenapa demikian?, karena UMKM tahu Aci yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Tegal, tak pernah tersentuh. Kendati beberapa kali, tahu aci dipromosikan di berbagai kegiatan, akan tetapi para penjual tahu aci belum mendapatkan bantuan.
“Belum pernah dengar UMKM tahu Aci mendapatkan bantuan, baik modal maupun pengembangan usaha,” kata Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tegal, Ade Krisna Mulyawan, Jumat (23/8/2024).
Selain dikenal sebagai Jepangnya Indonesia, Kabupaten Tegal juga terkenal dengan sebutan gudangnya perbagai macam kulineran enak dan sedap, seperti Warung Tegal (Warteg) yang sudah terkenal hingga ke mancanegara, kemudian martabak Lebaksiu, kacang bogares, ponggol jati serta lainya.
Satu lagi yang tidak kalah tenar, yakni tahu aci. Kabupaten Tegal, terkenal dengan produksi tahunya, terutama di daerah Adiwerna. Sehingga sepanjang jalan di Tegal baik Kabupaten Tegal maupun Kota Tegal sangat mudah sekali ditemui penjual tahu, khususnya tahu aci.
Sampai-sampai Pemkab Tegal membuat tugu atau monumen Tahu Aci yang terletak di perempatan Slawi Pos Kecamatan Slawi. Hal itu bisa dibilang sebuah legalitas atau lambang. Bahwa kuliner tahu aci tersebut, menjadi salah satu dari sekian banyaknya makanan khas dari Kabupaten Tegal. Ya, tugu ini berbentuk Tahu Aci Raksasa dengan 4 buah cengis atau cabe rawit besar.
Tak hanya itu, Pemkab Tegal juga pernah membuat rekor dunia sajian tahu terbanyak saat acara puncak Millenial Road Safety Festival (MRSF) di Monumen Gerakan Banteng Nasional (GBN), dekat Tugu Poci Slawi, Jalan Ahmad Yani, Desa Procot, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal pada Minggu (17/3/2019). Rekor Muri itu berupa penyajian tahu aci terbanyak sekitar 40 ribu secara gratis.
“Kami berharap ada perlakuan khusus bagi UMKM tahu aci, karena salah satu icon Kabupaten Tegal. Jika tidak dibina atau dikembangkan, maka icon ini bisa hilang dari Slawi,” jelas Ade yang juga Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Tegal itu.