“Arsitektur Museum Semedo berbentuk lingkungan modern. Dalam museum itu, terdapat evolusi lingkungan, budaya Semedo yang tergambar di sini,” beber Destrianto.
Bangunan megah dengan gaya arsitektur modern ini, menyuguhkan pemandangan yang sangat indah. Di depan museum, terdapat patung gajah berukuran besar.
Saat memasuki Museum Semedo, pengunjung akan disuguhkan dengan gambar dan alat peraga tata surya. Bahkan, gambar-gambar dengan pencahayaan menarik juga terlihat pada peta pembentukan pulau-pulau Nusantara. Pergerakan manusia purba homo erectus hingga di Pulau Jawa dipertontonkan dengan sangat apik. Beberapa alat yang terbuat dari batu juga disuguhkan dengan keterangan lengkap.
Paling mengagumkan patung homo erectus yang terlihat seperti nyata. Di dinding juga terdapat keterangan perjalanan evolusi manusia purba homo erectus. Foto para pegiat situs Semedo kali pertama, yakni Sunardi, Dakri, Duman dan Nasori juga disuguhkan baik dengan foto, patung dan juga perjalanan saat menemukan fosil-fosil purba tersebut.
Beberapa temuan dari para pegiat juga dipajang di Museum Semedo. Terutama, tengkorak homo erectus yang ditemukan pertama kali oleh Dakri yang dinamakan Semedo 1. Patung-patung manusia purba saat beraktivitas pada zamannya, menjadikan suasana semakin hidup dan serasa kembali ke zaman purba.
Anak pertama almarhum Dakri, Sisworo mengisahkan ayahnya yang kali pertama menemukan fosil-fosil. Dakri yang juga pegiat fosil Semedo, awal mula menemukan fosil manusia purba di Situs Semedo pada bulan Mei 2011. Dakri menemukan fragmen tengkorak homo erectus.
Temuan tersebut kemudian diteliti oleh BPSMP Sangiran dan dinyatakan bahwa pecahan atap tengkorak bagian belakang adalah fosil manusia purba dari awal Kala Pleosten Tengah sekitar 700.000 tahun lalu yang kemudian dinamai Semedo 1.