“Jadi secara nasional, di Jawa Tengah adalah tertinggi di seluruh Indonesia,” katanya.
Tingginya angka serapan tenaga kerja tersebut berhasil menurunkan angkat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah. Per Februari 2025, angka TPT Jawa Tengah sebesar 4,33 persen.
Penurunan TPT tersebut merupakan hasil dari masuknya investasi di Jawa Tengah melalui beberapa kawasan industri, termasuk Kawasan Industri Kendal yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
“TPT kita sudah turun dan sudah luar biasa untuk wilayah kita. Ini bagus sekali, ini akan kita genjot,” kata Ahmad Luthfi.
Lebih lanjut, RPJMD Jawa Tengah ditentukan sebagai provinsi pemimpin pangan dan industri nasional. Keberhasilan masuknya investasi itu juga menandakan bahwa di samping swasembada pangan, Jawa Tengah juga tidak meninggalkan industri.
“Maka yang kita perlukan adalah investasi yang datang dari luar dan dalam negeri harus kita genjot. Investasi ini sudah kita permudah terkait dengan perizinan, kemudian kita punya kawasan industri khusus, kemudian adalah jaminan investasi seperti keamanan, ketertiban, juga pemenuhan sumber daya manusia,” jelas Ahmad Luthfi.
Terkait pemenuhan sumber daya manusia, Pemprov Jateng sudah memiliki beberapa program. Di antaranya dengan menghubungkan perusahaan dengan sekolah vokasi, universitas, dan Balai Latihan Kerja (BLK).
Dukungan lain adalah mendorong perusahaan untuk memberikan kebutuhan dan kesejahteraan bagi para pekerjanya, seperti day care, perumahan, transportasi, termasuk koperasi yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
“SDM kita siapkan. Upah UMK kita bisa terjangkau karena kebutuhan buruh sudah kita laksanakan. Ini secara umumnya. Kerja komprehensif ini secara tidak langsung akan memangkas angka pengangguran terbuka di wilayah kita,” ujar Ahmad Luthfi. **


