TEGAL, smpantura – Sejumlah pedagang di kawasan Alun-alun Kota Tegal mengeluhkan dampak uji coba program Car Free Night (CFN) yang diberlakukan pada Sabtu malam (12/7/2025).
Kebijakan yang menutup akses kendaraan mulai sore hari itu dinilai mengurangi jumlah pengunjung dan berdampak langsung terhadap omzet para pelaku usaha.
Beberapa toko bahkan memilih untuk menutup lebih awal, salah satunya Toko Masyhur milik Anis Yuslam Dahda.
“Saya tutup jam 18.00 WIB. Kondisinya sepi karena sudah steril sejak pukul 16.00 WIB oleh petugas Dishub dan Satpol PP. Tidak ada pengunjung yang datang,” ujar Anis yang juga menjabat sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kawasan Alun-alun Tegal (P2KAT).
Anis menyayangkan uji coba CFN dilakukan tanpa kajian matang dan tidak mengindahkan arahan dari Komisi III DPRD Kota Tegal.
“Kami sudah mencoba audiensi dengan DPRD, tapi poin-poin yang disarankan tidak dilaksanakan oleh Pemkot. Apa kami harus langsung bertemu Wali Kota,” katanya.
P2KAT juga mempertanyakan dasar hukum pelaksanaan CFN. Tidak hanya itu, selama pelaksanaan CFN, kendaraan seperti skuter, sepeda listrik, bahkan sepeda motor kecil masih terlihat lalu-lalang di kawasan yang seharusnya steril.
“Kalau memang car free, ya seharusnya semua kendaraan dilarang, baik bertenaga listrik maupun mesin,” tegasnya.
Rencananya, P2KAT akan mengirimkan surat resmi kepada Wali Kota Tegal untuk meminta audiensi dan membahas kebijakan tersebut.
Hal senada juga disampaikan Winarto, pemilik Toko Sahabat. Dia mengaku omzet tokonya turun sekitar 20-30 persen akibat penutupan akses masuk oleh water barrier.
“Sabtu malam itu puncaknya pembeli datang, biasanya dari jam lima sampai delapan malam. Tapi karena jalan ditutup, tidak ada kendaraan yang bisa masuk,” jelasnya.
Winarto juga menyoroti beban tambahan yang harus ditanggung pedagang karena pengiriman barang tidak bisa langsung masuk ke dalam kawasan.
“Toko seperti Rocket Chicken misalnya, pengiriman stok opname harus parkir jauh. Akhirnya butuh biaya dan tenaga ekstra untuk angkut barang,” katanya.
Winarto berharap Pemkot Tegal dapat mengevaluasi kebijakan tersebut secara lebih bijak.
“Kalau bisa, jangan langsung ditutup total. Mungkin bisa dibuka sebagian, tapi parkir diarahkan ke kantong parkir utama. Jadi pengunjung tetap bisa datang dan kami tetap bisa jualan,” harapnya. (**)