Pedas Ekstrim, Sensasi Rasa Srontol Rasjo Bojong

PEKALONGAN, smpantura  – Bentuknya yang bulat, seukuran kelereng menjadi ciri dari jajanan yang satu ini. Di sebagian daerah menyebutnya dengan jajanan Ondol. Namun di Kesesi Kabupaten Pekalongan, jajanan ini dikenal dengan sebutan Srontol.

Jajanan berbahan baku utama adonan tepung terigu dan tepung tapioka, memang cukup digemari. Selain berbahan tepung tapioka, ada juga Srontol berbahan tahu, dan sambal kacang menjadi tambahan untuk melengkapi srontol saat disantap

Rasa pedas dari sambal kacang dengan cabai rawit dan cabai setan, membuat srontol digemari oleh pecinta pedas lokal. Salah satu penjaja Srontol di Bojong, Kesesi yang selalu ramai pembeli, yakni Srontol milik Rosjo (52).

Dia menuturkan,  untuk membuat srontol dan sambalnya, memerlukan modal sekitar Rp 200.000 lebih setiap harinya. Modal itu ia gunakan untuk membeli bahan-bahan utama seperti 5 kg tepung tapioka, 5 kg tepung terigu, 2 kg tahu kuning,v1 kg cabai rawit, 1 kg cabai setan, 1 kg kacang tanah.

“Tidak ada yang istimewa dalam proses pembuatan ondol maupun sambalnya. Semua dilakukan seperti umumnya,” ujarnya yang mangkal di Gang Cempaka, depan SMP 1 Bojong.

BACA JUGA :  Ingin Tampil Glowing Saat Lebaran, Coba Mandi Kembang Wijayakusuma

Rasjo bercerita, dirinya dulu berjualan keliling Bojong memakai sepeda ontel saat merintis usahanya. Tetapi para pembeli selalu datang kerumah karena tidak sabar menunggu. Hal inilah yang membuat Rasjo memutuskan untuk berjualan di rumahnya.Srontol Rasjo buka dari jam 08.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB  malam.

Dulimah (48), istri Rasjo menambahkan, alasan dirinya buka sampai larut malam, karena pada malam hari biasanya banyak orang yang mencari makanan untuk mengisi perut. Apalagi, kini srontol sudah jarang diketahui orang-orang. Padahal srontol ini sudah ada dari tahun 1997. Hal ini dikarenakan saat ini banyak orang baru atau generasi baru yang hanya mengetahui seblak atau mie gacoan, sedangkan orang lama tidak memberi tahu generasi selanjutnya.

“Dulu anak-anak masih SMP dan SMA yang sering jajan disini itu sudah pada menikah atau bekerja di perantauan, kalau sedang pulang kampung biasanya kesini untuk nostalgia,” ungkapnya.

error: