“Masih banyak guru yang disebut gaptek, belum mampu memanfaatkan sarana digital secara maksimal. Akibatnya, model pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik,” imbuh Fikri.
Fikri berharap kegiatan workshop ini dapat menjadi ruang berbagi dan peningkatan kapasitas bagi para pendidik.
“Kami ingin kegiatan ini benar-benar bermanfaat, terutama bagi guru dan tenaga kependidikan agar mampu mengoptimalkan teknologi dalam pembelajaran bahasa dan sastra,” pungkas Fikri.
Sementara itu, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dwi Budiyanto, yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut, menyampaikan materi mengenai learning skills dan literacy skills abad ke-21.
Dwi menjelaskan bahwa pembelajaran di era digital harus berorientasi pada kompetensi 4C yakni creative thinking, critical thinking, communication dan collaboration. Selain itu, peserta juga diajak memahami pentingnya literacy skills seperti literasi informasi, literasi media dan literasi teknologi.
“Pendidik perlu membekali diri dengan soft skills seperti fleksibilitas, kepemimpinan, inisiatif, produktivitas dan keterampilan sosial agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujar Dwi. (**)


