Penerapan Kurikulum Merdeka Disesuaikan Kondisi Satuan Pendidikan


SLAWI, smpantura – Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Tegal menggelar seminar nasional bertema Menyoal Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Nasional di Permata Inn Slawi, Kabupaten Tegal, Sabtu (7/10/2023).

Salah satu sorotan utama dari seminar ini adalah diskusi panel yang mencakup berbagai topik terkini dalam pendidikan, mulai dari teknologi pendidikan hingga kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Komisioner KPAI Dr Aris Adi Laksono menyampaikan, perubahan kurikulum sebuah keniscayaan karena sifatnya dinamis, penyesuaian situasi nasional maupun global beradaptasi kearifan lokal dengan sentuhan hati.
Menurutnya, sejak sebelum kemerdekaan Nahdlatul Ulama (NU) sudah memili konsep pendidikan di pesantren yaitu tazkiyatun nufus, yang akan menjadi jati diri pendidikan di Indonesia, sehingga tidak ada orang yang malas belajar.

“Sesungguhnya kunci dari keberhasilan belajar adalah membangun peserta didik yang tidak sekedar takut, tidak sekedar diperintah oleh gurunya tapi dia mau belajar secara terus-menerus itu sebenarnya esensinya. Dia bisa beradaptasi dimanapun, baik kepada gurunya maupun kepada peserta didik dan itu jati diri pendidikan yang harus kita bangun,” tutur Aris.

Menurutnya, Kurikulum Merdeka mengisyaratkan satuan pendidikan untuk memilih yang esensial bila perlu memodifikasi kurikulum.

“Pilih yang esensial untuk porsi pembinaan sikap anak, sehingga tumbuh nalar pembelajar tanpa diperintah. Dia belajar tanpa diperintah, sholat tanpa diperintah dan dia menyayangi temannya. Di Finlandia, kurikulum teknologi sudah kembali ke kurikulum tradisional kearifan lokal,” jelasnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Fakihurrokhim mewakili Bupati Tegal Umi Azizah menyampaikan,implementasi Kurikulum Merdeka akan lebih efektif bila setiap sekolah mau melakukannya dikarenakan motivasi intrinsik. Kemudian, menerapkan kurikulum ini berdasarkan tingkat kompleksitas yang sesuai dengan kondisi sekolah.

Wakil Rektor III Universitas Wahid Hasyim Semarang yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Pergunu Jateng Dr. H. Nur Cholid, menyampaikan ada tiga pilihan implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri. Yakni Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.

Satuan pendidikan menentukan pilihan berdasarkan Angket Kesiapan Implementasi Kurikulum Merdeka yang mengukur kesiapan guru dan tenaga kependidikan. Semakin sesuai kesiapan kesatuan pendidikan, maka semakin efektif implementasi Kurikulum Merdeka.

Ketua PC Pergunu Kabupaten Tegal Ripai berharap seminar nasional dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terkait dengan pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang sudah dilaksanakan selama ini.

“Kami berharap seminar ini akan menjadi langkah awal yang positif menuju masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang melalui pendidikan yang berkualitas,”tuturnya. (T04-Red)

error: