Tegal  

Pengembaraan Tubuh Joind Banyuwinanda dalam Monolog Ular, Di Meja Revolusi

Diakhir pertunjukan aktor bergegas berganti pakaian, pakaian yang tadinya dipakai oleh tokoh Tan Malaka, lalu berganti dengan tokoh manusia biasa menggunakan kaca mata hitam, celana jin, menggunakan topi, blazer dan bersepatu santai.

Lalu ia mengemas buku-buku tebal itu ke dalam tas hitam dengan mengulang dialog seperti di bagian awal.

“Nama saya Tan Malaka. Saya lahir di surau kecil di sebuah nagari di Minangkabau…,” ujar aktor itu dengan mengemas barang bawaannya dan keluar dengan menenteng tas hilang di antara penonton, tepuk tangan penonton bergemuruh, mengakhiri pertunjukan.

Usai pertunjukan dilanjutkan diskusi pementasan, dengan menghadirkan Joind Bayuwinanda selaku aktor dan sutrada dan dipandi oleh Joko SCT seniman asal Slawi.

Salah seorang penonton, Apito Lahire sekaligus penggiat teater di Tegal mengutarakan usai menyaksikan monolog bahwa Joind sebagai aktor sekaligus sutradara monolog tersebut sedang ‘membongkar sosok tokoh Tan Malaka’ dalam segala dinamika kemanusiaannya.

BACA JUGA :  Spasi Music Rilis Album Cipta Lagu Tegal

“Ia menghadapi banyak himpitan, pertentangan, ancaman dari pihak lain yang berseberangan secara ideologi. Bahkan yang seideologi karena pemikirannya yang progesif revolusioner seperti pengembaraan tubuh geografisnya dan pergerakan pengetahuannya sampai kini melewati batas kultural, menyelinap di antara kerumunan masa lalu, masa kini dan nanti,” ujar Apito.

Yono Daryono yang merupakan seniman dan sutradara Teater RSPD mengutarakan usai menyaksikan pertunjukan monolog tersebut bahwa kekuatan aktor bermain bagus.

“Salut, aktor tetep inten dan bermain bagus selamat untuk mas Joind Bayuwinanda,” ujarnya.

Pertunjukan monolog itu dipersembahkan oleh Sindikat Aktor Jakarta dan Ikatan Drama Jakarta Barat (Indraja) dan didukung Kampung Seni Tegal, Teater Akar UPS Tegal, Teater Gemblong. (T03_red)

error: