TEGAL, smpantura – Program percepatan penurunan stunting menjadi fokus Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP2PA) dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 tahun 2023.
Secara nasional, prevalensi stunting di tahun 2021 sekitar 24,4 persen, turun menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Sedangkan di Kota Tegal, prevalensi stunting pada tahun 2022 mencapai 16,8 persen, turun dari tahun 2021 sebanyak 23,9 persen.
Kepala DPPKBP2PA Kota Tegal, M Afin mengatakan, stunting merupakan salah satu hal yang menghambat pertumbuhan, kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan sebuah bangsa.
“Peringatan Harganas adalah bagian dari upaya terus menerus untuk meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat terhadap pentingnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera,” ucapnya.
Menurut Afin, kualitas keluarga merupakan kunci masa depan dunia. Karena dari keluarga, kekuatan dan ketahanan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul.
Di antaranya mengoptimalkan fungsi-fungsi keluarga, penerapan hidup sehat, pemenuhan gizi dan nutrisi untuk pencegahan stunting.
“Harganas menjadi ajang sosialisasi kepada keluarga untuk membantu percepatan penurunan stunting dan merajut kerja sama antar OPD dan stake holder terkait harus dioptimalkan dalam mendukung program percepatan sunting,” pungkasnya.
Dalam rangka Harganas tingkat Kota Tegal, pihaknya juga menggelar berbagai lomba. Mulai dari Lomba Bina Keluarga Balita (BKB), Lomba Bina Keluarga Remaja (BKR), Lomba Bina Keluarga Lansia (BKL), Lomba Orang Tua Hebat, Lomba PKB Teladan dan Lomba Kampung KB.
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Eka Sulistyaningsih mengingatkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Dalam aturan tersebut terdapat dua amanah tentang bagaimana diminta agar penduduk tumbuh seimbang dan mewujudkan SDM unggul serta maju melalui keluarga berkualitas.
Pada amanah yang pertama, saat ini Indonesia masuk angka 2,14. Artinya perempuan di sini memiliki anak 2,14. Untuk di Kota Tegal, angka kelahiran sudah 2,22 yang artinya menjaga penduduk seimbang sudah sampai pada targetnya.
“Perlu perencanaan kehamilan dan kelahiran. Karena masih banyak masyarakat yang tidak ingin memiliki anak, tetapi tidak mengikuti program KB. Jika dibiarkan, akan membahayakan bagi ibu. Karena saat ibu hamil kemudian mengalami stres akan menyebabkan stunting,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Eka juga mengapresiasi Pemkot Tegal, yang telah berhasil menurunkan angka stunting, sesuai amanat Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting.
“Kota Tegal sudah berada di 14 persen, data di Posyandu sudah tujuh persen. Saya yakin dan percaya, pencapaian ini berkat komitmen Pemkot yang luar biasa, berkat komprehensif dengan berbagai pihak,” tutupnya. (Adv/T03-Red)