SLAWI, smpantura– Perempuan dan anak rentan intoleransi dan ekstrimisme. Kondisi itu disikapi Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal, dengan mengadakan Pelatihan Dukungan Psikososial Bagi Perempuan dan Anak Dalam Situasi Darurat Intoleransi serta Radikalisme di Aula Lantai 2 IBN Tegal, Selasa (26/9).
Kegiatan yang dikerjasamakan, dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, bekerjasama dengan Lembaga Studi Sosial Agama (eLSA) Semarang itu, dihadiri Rektor IBN Tegal, Dr. Saepudin MA, Subkoordinator Seksi Perlindungan Perempuan DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah Asteria Dewi Rusrinawati, dan dua fasilitator pelatihan, yakni Dr Zaki Mubarok, mewakili IBN Tegal dan Muhammad Yusuf.
Fasilitator Muhammad Yusuf mengatakan, perempuan dan anak, kerap menjadi korban karena ditenggarai oleh posisinya yang rentan.
Posisi rentan tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi, social, dan budaya. Faktor-faktor tersebut, dalam beberapa kasus juga semakin membuka peluang perempuan dan anak terpapar intoleransi, ekstrimisme dan radikalisme.
“Upaya pencegahan, perlu dilakukan sejak awal,” tegasnya.
Pada sesi akhir acara, Muhammad Yusuf mencoba, melakukan brain storming kepada peserta, terkait bagaimana metode pencegahan dan penanganan, jika perempuan menjadi korban kekerasan atau radikalisme di sekitarnya.
Para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok serta berdiskusi, terkait pertanyaan tersebut. Ia menjelaskan, lewat acara seperti ini, setiap organisasi yang hadir, dapat turut berperan dalam pencegahan serta penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak.