Dalam sistem ekonomi sirkular, penggunaan sumber daya, sampah, emisi, dan energi terbuang. Diminimalisir, dengan menutup siklus produksi-konsumsi, dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, penggunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling).
Dalam kesempatan itu, Ganjar juga mengingatkan, produksi sampah yang dihasilkan oleh 35 Kabupaten/Kota, di Jateng cukup banyak, mencapai 6,3 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, 17,8 persen, sampah plastik.
“Jangan-jangan kalau ini dikelola dengan baik, menjadi nilai tambah yang hebat, gede banget. Dari jumlah ini, 17,6 persen sampahnya, plastik. Kalau sampah ini, dikelola dengan baik, jauh lebih mudah pengelolaannya , nilai tambahnya, juga lebih banyak,”tuturnya.
Ganjar pun mengapresiasi, semangat semua pihak yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut, termasuk pelajar yang hadir, meski tengah libur sekolah.
“Mereka sekaligus diberikan edukasi, tentang bagaimana mencintai lingkungan, mengolah sampah, menjadi manfaat dan ada nilai jual, atau nilai tambah, sekaligus belajar menanam tumbuhan,” ungkapnya.
Ganjar berharap, hal tersebut kedepannya bisa menjadi tren, di kalangan pelajar ataupun remaja, sehingga, harapannya bisa lebih peduli terhadap lingkungan, dan belajar, tidak membuang sampah sembarangan, melainkan diolah.
Orang nomor satu di Jateng ini, mengapresiasi sejumlah daerah yang sudah mampu mengelola sampah, diantaranya Kota Kudus, yang mengelola sampah orgnik di setiap rumah tangga, kemudian Banyumas, dan Kabupaten Tegal, yang memiliki aplikasi jemput bola, untuk pengolahan sampah.


