Slawi  

Petani Menjerit Terancam Gagal Panen, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Tegal Kekeringan Gegara Proyek Perbaikan Irigasi

“Petani minta untuk air dialiri dulu untuk menyelamatkan tanaman yang ada. Kalau memang tidak bisa, kami minta ada kompensasi,” pintanya.

Ia meminta kompensasi atas tanaman yang terancam puso itu, minimal biaya produksi tanam diganti. Sedangkan, petani untuk menggarap sawah seluas 1 hektare membutuhkan modal sekitar Rp 8 juta. Padahal, di musim tanam kali ini di bulan 5 dan panen di bulan 8-9, kondisi panen biasanya melimpah. Hal itu karena cuaca bagus untuk tanam padi atau jagung. Tiap lahan sawah seluas 1 hektare bisa menghasilkan sekitar 4 ton padi.

“Pengeringan biasanya dilakukan di bulan 10 setiap tanggal 15 selama 16 hari. Kami tidak menanam karena sudah tahu akan ada perbaikan. Tapi, perbaikan ini tidak ada sosialisasi, sehingga petani tetap menanam,” jelasnya.

Anggota DPRD Kabupaten Tegal, A Jafar mengaku banyak mendapatkan keluhan dari petani di dua kecamatan, yakni Danasari Kecamatan Balapulang, dan di Kecamatan Lebaksiu yakni di Timbangreja, Yomani, dan Kesuben. Jumlah lahan di wilayah tersebut mencapai ratusan hektare yang terancam puso atau gagal panen.

BACA JUGA :  DPC PKB Kabupaten Tegal Datangi PN Slawi, Serahkan SK Kepengurusan Sah

“Kami akan mengusulkan agar ada kompensasi bagi petani yang terdampak proyek perbaikan aliran DI Danawarih. Ini karena banyak petani yang tidak mendapatkan sosialisasi,” ujarnya.

Ditambahkan, perbaikan lantai DI Danawarih yang dilakukan PSDA telah dicek oleh Bagian SDA DPUPR Kabupaten Tegal dan PPL Lebaksiu. Kegiatan perbaikan lantai irigasi dengan cara dicor, menggunakan anggaran Pemerintah Pusat.

“Nanti dinas terkait bisa koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk persoalan ini. Jika dimungkinkan bisa dimintakan kompensasi bagi petani yang mengalami kekeringan,” pungkasnya. (**)

error: