“Saat ini kami menanam sekitar 50 hektare. Kendala utamanya adalah hama dan keterbatasan air. Irigasi yang ada harus dibagi dengan wilayah lain. Terlebih, di bulan Oktober mendatang akan ada masa pengeringan irigasi selama setengah bulan, sehingga pasokan air tentu semakin terbatas,” terangnya.
Oleh karenanya, ia menyampaikan pentingnya perbaikan bendung yang sudah rusak sejak 2019 ini. Sebab, bendungan tersebut sangat membantu mengairi kurang lebih 30 hektare lahan di wilayah timur Desa Kedungjati.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengaku kesulitan mencari pekerja atau buruh tani untuk menanam padi di sawahnya.
“Kami kesulitan untuk mendapatkan buruh tani, bahkan kami harus mendatangkan kelompok pekerja dari Pemalang untuk menanam padi di sini,” ungkapnya.
Terkait dengan itu, pihaknya berharap Pemkab Tegal bisa memberikan bantuan mesin tanam sederhana buatan lokal.
“Kami minta bantuan mesin tanam rakitan bengkel untuk menjadi alternatif bagi petani. Selain harganya yang terjangkau, mesin ini mudah perawatannya,” pintanya.(**)


