Setiap investasi layanan kesehatan primer, terbukti menghasilkan manfaat ekonomi dua hingga empat kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.
Imbal balik ini terwujud baik dalam bentuk peningkatan produktivitas, pengurangan biaya penyakit dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Diah juga berharap agar kolaborasi ini dapat berkontribusi mencetak tenaga kesehatan yang adaptif dan kompeten.
“Mereka diharapkan memiliki pengetahuan yang mutakhir, selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor kesehatan masyarakat. Selain itu, mereka juga harus peka terhadap dinamika dan kebutuhan masyarakat, mampu menjembatani kerja sama lintas sektor, serta siap terlibat aktif dalam upaya peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan,” jelasnya.
Dikatakan Diah, layanan kesehatan yang berpusat pada manusia adalah pendekatan yang responsif terhadap preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu serta komunitas.
Pendekatan ini menempatkan manusia sebagai inti dari sistem kesehatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), layanan kesehatan primer yang berpusat pada manusia sangat penting untuk memastikan layanan yang adil dan berkualitas tinggi, terutama di negara-negara dengan keterbatasan sumber daya dan ketimpangan geografis yang besar.
Kuliah umum internasional ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan, termasuk Sekda Kota Tegal Agus Dwi Sulistianto yang mewakili Wali Kota Dedy Yon Supriyono, serta perwakilan dari Bupati Tegal dan Bupati Brebes.
Diharapkan, forum ini dapat memperkuat kontribusi akademisi dan tenaga kesehatan dalam mendorong transformasi sistem layanan kesehatan yang inklusif, berbasis bukti, dan berpihak pada kelompok rentan. (**)