SLAWI, smpantura – Dinas Perberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermades) Kabupaten Tegal berkolaborasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI mendorong produk unggulan di desa-desa, go internasional.
Upaya itu juga menggandeng PT Lion Parcel untuk ekspedisi produk-produk unggulan desa ke luar negeri.
Hal itu diungkapkan Kepala Dispermades Kabupaten Tegal, Teguh Mulyadi saat Rapat Koordinasi dalam rangka Peninjauan Produk Unggulan Desa di Kabupaten Tegal oleh Tim Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa Kemendes PDTT RI di Ruang Pertemuan KPRI Bakti Huda Slawi, Kamis (5/9/2024).
Tim tersebut dipimpin Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi M Fachri dan Direktur Advokasi dan Kerja Sama Desa dan Perdesaan Dwi Rudi Hartoyo.
Teguh mengatakan, produk unggulan desa di Kabupaten Tegal dinilai sangat banyak. Hampir tiap desa memiliki keunggulan produk yang bisa dikembangkan.
Pertemuan tersebut dimaksudkan agar para perajin produk unggulan bisa memasarkan produknya untuk eksport.
“Produk unggulan desa akan kita dorong eksport, dan kita pertemukan langsung dengan pembeli tingkat nasional,” katanya.
Menurut dia, selain berdialog dengan para perajin produk unggulan desa, tim itu juga akan meninjau langsung produk-produk unggulan desa. “Kita juga hadirkan BUMDes dan BUMDesma sebagai agent LION Ekspedisi,” terangnya.
Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi M Fachri menuturkan, pihaknya bertugas untuk fasilitator antara desa dengan Pemerintah Pusat.
Ia meminta BUMDes untuk mengidentifikasibkebutuhan BUMDes dan pihaknya akan mencarikan produsen dari pusat.
“Apa yang kita lakukan memotong rantai distribusi,” ujarnya.
Ia mencontohkan, selama dua tahun terakhir dengan Sementara Indonesia. Rantai pasok semen selama ini dari produsen ke distributor kemudian ke agen ke toko dan pengguna.
Tapi, jika BUMDes mau bekerjasama maka bisa langsung dari produsen ke BUMDes. Tapi, jika distributor memang harus banyak, maka disarankan menjadi agen. Kondisi itu dinilai telah memotong mata rantai distribusi.
“Apakah BUMDes butuh modal, menurut saya tidak. Yang dilakukan BUMDes hanya mengidentifikasi kebutuhan.
Berapa kebutuhan material di sekitar wilayah BUMDes itu,” terangnya.
Dijelaskan, setiap desa memiliki program pembangunan infrastruktur dari Dana Desa.
Jika material mengambil dari BUMDes, maka keuntungan bisa dikembalikan ke desa sebagai pendapatan asli desa.
“Sirkulasi seperti ini, kami dari pusat mau mendorong, sehingga BUMDes ini menjadi entintas yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.